Lovette menambahkan, dia sudah menghubungi keluarga perempuan yang hamil delapan bulan itu yang kini sudah diizinkan pulang dari rumah sakit.
Sementara itu, pada Jumat (1/2/2019), perusahaan transportasi publik SL kepada BBC mengatakan, insiden itu tengah diselidiki secara menyeluruh.
Namun petugas keamanan memang diberi wewenang untuk mencegah atau menahan seseorang yang melanggar aturan.
"Apa yag ketahui saat ini adalah perempuan itu ketahuan tak memiliki tiket yang sah dan dikenakan ongkos tambahan sebagai hukuman," ujar juru bicara SL.
"Dia menolak membayar denda, sehingga sesuai aturan kami harus memintanya meninggalkan kereta ," tambah sang juru bicara.
• Daftar Klub yang Lolos ke Babak 16 Besar Piala Indonesia, Setelah PSM Singkirkan Kalteng Putera
• Ribuan Warga Kurang Mampu Serbu Pengobatan Gratis Karya Bhakti Kesehatan Walubi
• Live Streaming Arema FC vs Persita Tangerang di Leg 2 Babak 32 Besar Piala Indonesia, Jam 19.00 WIB
• Indonesia Masuk 10 Besar, Ini 20 Negara Penghasil Wanita-wanita Tercantik di Dunia
• Dua Pegawai KPK Alami Penganiayaan, Hidung Retak dan Luka Sobek di Wajah, KPK Lapor Polda Metro Jaya
Namun, lanjut sang juru bicara, dia juga menolak meninggalkan kereta dan dia akhirnya terpaksa dibawa petugas keamanan.
"Saat itulah dia mulai berteriak dan melakukan perlawanan," tambah sang juru bicara.
Organisasi feminis anti- rasialisme Swedia "Men for Gender Equality" mengatakan, ini bukan kali pertama petugas keamanan bertindak berlebihan.
"Saat kondisi ini menimpa warga non-kulit putih, kami menemukan banyak bukti petugas keamanan menggunakan kekerasan yang terkadang tidak diperlukan," kata presiden organisasi ini, Alan Ali.
Polisi Swedia Menonaktifkan kedua penjaga keamanan itu adalah langkah pertama, ujar Alan.
Sebaliknya, otorita transportasi dan perusahaan keamanan melakukan pelatihan terkait masalah rasialisme dan kesehatan reproduksi.