54,68 persen dari total populasi sebanyak 87,13 persen mengakses media sosial. Menurutnya, yang viral di medsos biasanya jadi rujukan.
Namun, lanjutnya, media konvensional atau media arus utama (mainstream) tetap lebih dipercaya dibanding medsos.
Berdasarkan laporan dari Edelman Trust Barometer, pada tahun 2018 lalu kepercayaan masyarakat terhadap media konvensional sebanyak 63 persen berbanding dengan media sosial sebanyak 40 persen.
• Dua Dalang Kondang Bakal Tampil dalam Milad Paguyuban Warga Karanganyar di Batam
• Fulham vs Man Utd - Lawan Sama, Gol Cantik Martial Mirip dengan Cristiano Ronaldo 12 Tahun Lalu
• Hasil dan Klasemen Liga Inggris. Kalahkan Fulham, Manchester United Menyodok, Gusur Chelsea
• Live Liverpool vs Bournemouth Jam 20.00 WIB - Klopp Tetap Yakin The Reds Bisa Gusur Manhester City
"Semakin ke sini semakin tidak percaya terhadap medsos. Saya bergembira terhadap situasi ini. Selamat kepada insan pers dan media arus utama atas kepercayaan masyarakat ini," katanya.
Presiden mengatakan, era digital yang diikuti perkembangan masif medsos membuat setiap orang bisa menjadi wartawan atau pemimpin redaksi (pemred).
Kadang kondisi tersebut menciptakan sebuah kegaduhan atau ketakutan dan pesimisme.
Salah satunya ketika pemerintah menyampaikan satu informasi yang berisi kabar baik dan fakta.
Tetapi, yang muncul di ruang publik hal tersebut disimpulkan sebagai pencitraan semata.
"Ketika pemerintah menyampaikan well infomation society jangan diartikan sebagai kampanye atau pencitraan, tetapi itu untuk membangun masyarakat yang sadar akan informasi," terangnya.
Di tengah situasi ini, media arus utama sangat dibutuhkan untuk menjadi rumah penjernih informasi, menyajikan informasi yang terverifikasi, menjalankan peran sebagai communication of hope untuk memberikan harapan besar pada bangsa Indonesia.
"Untuk itu, saya mengajak pers meneguhkan jati dirinya untuk menjadi sumber informasi yang akurat, mengedukasi masyarakat, tetap melakukan kontrol sosial dan memberikan kritik konstruktif," terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi menerima penghargaan kemerdekaan pers dari Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo.
Penghargaan diberikan untuk mengapresiasi pejabat tertinggi di negeri ini yang dinilai tak pernah mencederai kemerdekaan pers yang sehat dan positif serta memberikan masa depan yang baik.
• Kabar Buruk Jelang Liga 1 2019. Perseru Serui Terancam Mundur dari Liga 1 2019. Ada Apa?
• Takut si Kecil Obesitas? Begini Tips Saat Anak Terus Minta Tambah Saat Makan
• Hal Ini yang yang Terjadi pada Tubuh Bila Menahan Buang Air Kecil, Jangan Dibiasakan!
• Video Panas Hebohkan Liga Italia, Pemerannya Seorang Striker Serie A, Terungkap dari Cara Selebrasi
Sebelumnya, Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo mengajak seluruh elemen pers untuk kembali meneguhkan kode etik jurnalistik dalam landasan moral.
Hal ini penting agar pers melakukan pengawasan dan selalu mengacu dalam kepentingan publik.