KILAS SEJARAH

Pesan Cinta Terakhir Soeharto Sebelum Tutup Usia Diungkap Sang Anak, Begini Kisahnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Soeharto semasa muda dan soeharto saat tua

Padahal dokter menyampaikan tidak apa-apa tak menghadap kiblat bila sedang sakit.

Namun, Soeharto kukuh meminta kasurnya diputar agar salat Tahajud menghadap kiblat.

"Saya mau menghadap kiblat."

Kolase Tutut dan Soeharto (tututsoeharto.id)

 

Untuk memenuhi keinginan ayahnya, Sigit Harjojudanto memutarkan kasur Soeharto agar menghadap kiblat.

Satu hari sebelum meninggal, Soeharto berpesan kepada Tutut.

Ia meminta Tutut mendekat ke arahnya.

"Bapak mau bicara. Dengarkan baik-baik," ucapnya lirih.

Saat itu Tutut masih bingung akan permintaan Soeharto.

"Bapak sudah tidak kuat lagi. Bapak ingin menyusul ibumu," kata Soeharto.

Mendengar ucapan Soeharto, Tutut merinding.

Ia optimistis sang ayah dapat sembuh kembali.

Tak sampai di situ, Soeharto berpesan agar Tutut menjaga kerukunan Keluarga Cendana.

"Kamu dengarkan, wuk. Kamu anak bapak yang paling besar, sepeninggal bapak nanti, tetap jaga kerukunan kamu dengan adik-adikmu, cucu-cucu bapak dan saudara-saudara semua.

Kerukunan itu akan membawa ketenangan dalam hubungan persaudaraan, dan akan memperkuat kehidupan keluarga. Selain itu Allah menyukai kerukunan.

Ingat pesan bapak... tetap sabar dan jangan dendam. Allah tidak sare (tidur)," kata Soeharto.

Tak kuasa menahan air matanya, Tutut menangis.

Soeharto memegang tangan Tutut sambil berucap, "jangan sedih, semua manusia pasti akan kembali kepada-nya. Tinggal waktunya berbeda. Bapak tidak akan hidup selamanya. Kamu harus ikhlas, Insya Allah kita akan bertemu suatu saat nanti, di alam lain.

Halaman
1234

Berita Terkini