KILAS SEJARAH

Cerita 'Jimat' dari Soeharto ke Prabowo, Ada 3 Hal yang Diungkap Sebelum Berangkat Perang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Soeharto dan Prabowo serta cerita tentang peperangan
TRIBUNBATAM.id - Kisah Soeharto, presiden RI ke-2 selalu menarik dikupas.

Salah satunya, Soeharto ternyata pernah menitipkan 'bekal' untuk mantan menantunya, Prabowo Subianto.

Beberapa tahun lalu, memang banyak kisah terkait sosok Soeharto yang berhubungan dengan lingkaran orang-orang terdekatnya.

Presiden ke-2 RI itu saat masih berkuasa meninggalkan cerita yang kerap menjadi perhatian publik.

Selain menjadi seorang Presiden, Soeharto juga adalah seorang panglima perang yang handal.

Soeharto tercatat pernah memenangkan peperangan.

Pakar Psikologi Forensik Coba Ungkap Mengapa Brigadir Rangga Tembak 7 Kali Bripka RE

Rekomendasi 9 Restoran Terkenal di Singapura, Sediakan Sup Bebek dan Rendang Sapi

Real Madrid Keok dari Atletico Madrid, Zinedine Zidane Tunduk pada Diego Simeone

Lomba Mewarnai hingga Reforestasi, ATB Gelar Aneka Kegiatan ATB-BP Batam Festival Hijau

Peperangan yang dipimpinnya sebelum dan setelah kemerdekaan.

Sehingga, Soeharto pun dipercayai banyak orang memiliki kekuatan sakti saat memimpin peperangan.

Prabowo sang menantu yang juga seorang prajurit kemudian pernah mendapatkan bekal dari sang presiden.

Berikut cerita lengkapnya dikutip TribunJatim.com dari Tribun Medan.

Suatu ketika, menantu Soeharto, Prabowo Subianto ditugaskan memimpin sebuah operasi, Soeharto memanggilnya menghadap.

Dalam benak Prabowo ia akan mendapat sangu (bekal) dari orang nomor 1 di Indonesia kala itu.

Prabowo dan Soeharto (Kompas Images/ Tribunnews)

"Saat itu, saya sedang dihadapkan pada operasi penting. Saya diminta untuk menghadap Pak Presiden. Ketika itu, di benak saya disuruh menghadap pasti dapat sangu dari mertua.," ujar Prabowo di Depok dalam acara rakornas PKS, Januari 2016 lalu.

Namun ternyata apa yang diberi Soeharto di luar dugaannya.

Yang didapat justeru adalah 3 nasihat tak terduga.

"Kata bapak saat itu, saya titipi tiga hal, yakni ojo lali, ojo dumeh, ojo ngoyo." cerita Prabowo.

"Mengerti? Saya jawab, siap mengerti. Kemudian beliau menjawab, ya sudah selamat bertugas."

"Jadi sangu saya tiga hal itu, saya tadi berharap dapat sangu ongkos," kata Prabowo yang disambut tawa para peserta rakornas.

 

Prabowo dan Titiek Soeharto (Tribunnews.com)

Lalu apa arti ketiga kalimat yang layaknya ‘jimat’ itu?

Seorang Kompasianer Bambang Irawan pernah mengulas tiga nasihat Soeharto kepada Prabowo tersebut.

OJO LALI (Jangan Lupa), mempunyai makna bahwa kita tidak boleh lupa akan keberadaan kita didunia ini, dari mana kita berasal, hidup kita untuk apa, apa yang telah kita kerjakan selama hidup didunia ini dan pada akhirnya kita akan kembali menghadap-Nya serta mempertanggunjawabkan apa yang pernah kita perbuat selama hidup di akhirat nanti.

OJO DUMEH (Jangan Sok), mempunyai maksud bahwa kita tidak boleh arogan (sok) dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sok kuasa atas segalanya, karena di atas kekuasaan yang kita miliki  masih ada kekuasaan yang kekal, yang serba MAHA, yaitu TUHAN.

OJO NGOYO (Jangan Ambisius), mempunyai tujuan agar kita dalam menggapai suatu cita-cita, harapan dan keinginan tidak boleh terlalu berambisi karena akan merugikan banyak orang termasuk diri kita sendiri, karena akan menempuh berbagai macam cara tanpa memperdulikan dampak dari perbuatan tersebut terhadap orang lain yang pada akhirnya juga akan berimbas pada diri kita sendiri.

 

Foto keluarga cendana, Soeharto dan anak-anaknya (Tribun Manado)

Soeharto memang merupakan tokoh pahlawan Indonesia yang selalu menuai perhatian.

Bahkan hingga saatnya dipanggil Yang Kuasa, Soeharto tetap mendapatkan perhatian khusus.

Misalnya saat itu, pada 27 Januari 2018, tepat menandai 10 tahun meninggalnya Presiden ke dua Indonesia, Soeharto.

Ratusan orang mengunjungi makamnya di Jawa Tengah, sebagian besar adalah pengagum penguasa Orde Baru itu.

Soeharto dimakamkan di kompleks makam keluarga Astana Giribangun di Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah, sekitar 35 km di timur kota Surakarta.

Soeharto (Istimewa/ Tribun Manado)

Astana Giribangun berbentuk joglo dan memiliki tiga cungkup atau rumah kubur, salah satunya adalah cangkup Argosari.

Di cungkup inilah terletak makam Soeharto, Siti Hartina atau Ibu Tien, kedua orang tua dan kakak Ibu Tien.

Dan cangkup ini pada hari Sabtu, 10 tahun setelah meninggalnya Soeharto, ramai dengan para peziarah.

Meski tidak ada acara khusus peringatan haul Soeharto, namun sama seperti tahun-tahun sebelumnya, terjadi peningkatan jumlah peziarah.

Juru kunci Makam Astana Giribangun, Sukirno mengatakan sudah ada 700 pengunjung hingga siang hari.

Dari jumlah itu sebanyak 200 orang dari partainya Mas Tommy (Tommy Soeharto), Partai Berkarya yang berasal dari Bandung dan Kuningan, " ujar Sukirno.

Sebelumnya, ada rombongan Pangdam XII Tanjangpura, Mayjen TNI Achmad Supriyadi yang berziarah di makam Soeharto.

"Rombongan berjumlah 35 orang. Pangdam ini dulunya Danrem Surakarta, " kata Sukirno.

Namun anak-anak Soeharto hingga saat itu belum ada yang berziarah.

Sukirno mengatakan, yang terakhir datang ke makam adalah Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto.

"Ibu Titiek terakhir ziarah ke makam sekitar satu setengah bulan yang lalu," kata Sukirno.

"Yang sering ziarah Ibu Titiek dan Ibu Mamiek (panggilan Siti Hutami Endang Adiningsih)," tambahnya.

Meski begitu, Sukirno langsung meluruskan bahwa anak-anak Soeharto lainnya yaitu Bambang Trihatmodjo, Siti Hardiyanti Rukmana dan Hutomo Mandala Putra yang sering dipanggil Tommy Soeharto, juga sering berkunjung. (****)


Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Cerita 'Jimat' yang Diterima Prabowo dari Soeharto, 3 Hal yang Diungkap Sebelum Berangkat Perang

Berita Terkini