TRIBUNBATAM.id - Apakah warga Batam tau istilah Co-Living di Singapura?
Co-Living di Singapura berarti hunian bersama yang mulai muncul sejak abad ke -19 dan tengah populer di kalangan penduduk negeri singa.
Awalnya, Co-Living di Singapura merupakan ide dari para imigran untuk tinggal di rumah dengan design toko yang didalamnya terdapat dapur, kamar mandi, dan ruang keluarga yang digunakan secara bersama-sama.
• Warga Singapura Berkurban di Batam, Langsung Lihat Proses Pemotongan Hewan
• Patuhi 7 Larangan di Singapura, Denda Rp 500 Ribu Bagi yang Tidak Siram Toilet
• Rekomendasi 3 Tempat Wajib Kunjung di Singapura Saat Merayakan Idul Adha
• Mulai Selai Kaya Hingga Minyak Wangi, Ini 5 Oleh-oleh Mudah Ditemui di Singapura
• 7 Tempat Wisata Ikonik di Singapura, Ada Patung Mitologi Tiongkok Haw Par Villa
Kini konsep ini telah berubah.
Laporan HVS Singapore bertajuk "In Focus: Singapore, The Reinvention of Co-Living" menyatakan, ruang komunal telah berevolusi dari model akomodasi yang tidak menarik menjadi ruang modern yang dilengkapi perabot, ruang komunal, layanan, dan berbagai fasilitas lainnya.
Selain itu, ruang co-living menyediakan gagasan untuk kolaborasi, fleksibilitas, dan gagasan jejaring sosial.
Biaya sewa yang dibebankan pun biasanya dibebankan secara bulanan.
Model co-living terbukti memperoleh popularitas seiring dengan tenarnya tren co-working.
Riset HVS Singapura menyatakan hingga 31 Desember 2018, terdapat total 570 unit ruang co-living di seluruh Singapura.
Sementara pada 2019, HVS memproyeksikan pertumbuhan ruang komunal sebanyak 1.100 unit, tahun 2020 sebanyak 279 unit, dan pada 2021 sebanyak 564 unit.
Lebih lanjut, para pengguna ruang komunal tersebar dengan rentang usia mulai dari 20 hingga 40 tahun.
Para pengguna tersebut merupakan pelajar, para pengusaha start-up, ekspatriat, pekerja profesional, hingga sektor keluarga.
Lebih lanjut, mayoritas operator co-living menyediakan ruang komunal, dapur umum, fasilitas laundry, ruang outdoor, ruang acara, dan hiburan.
Sedangkan fasilitas yang disediakan antara lain, akomodasi, acara komunitas, keamanan, WiFi, layanan tempat tinggal, layanan pelangganyang tersedia 24 jam.
Sementara harga sewa ruang co-living ditentukan oleh beberapa hal yakni lokasi, kelengkapan perabot, hingga fleksibilitas dalam perjanjian.
Operator Co-living Singapura
Dalam dua tahun terakhir, pasar telah menyaksikan berbagai start-up co-living dengan suntikan dana hingga jutaan dollar mulai bermunculan.
Beberapa di antaranya adalah Ascott Limited, Hamlet, CP Residences.
Tak hanya pemain Singapura, merek hotel bahkan merek besar mulai mengikuti tren ini dengan mengeluarkan brand khusus co-living.
Sebut saja Hilton dengan Canopy dan Tru, CitizenM, Banyan Tree dengan merek Dhawa, hingga Vib oleh Best Western.
Meski begitu, meningkatnya merek hotel yang turut bermain di segmen co-living turut menawarkan konsep baru.
Setiap operator menawarkan fasilitas serta model ruang yang berbeda.
Tru misalnya, menawarkan ruang yang lebih kecil namun dengan lobi berukuran besar yang dapat digunakan untuk makan, bekerja, bermain, atau sekadar nongkrong.
Sementara Joe&Joe oleh Accor mengenalkan konsep hybrid yang memadukan hostel dan hotel. Joe&Joe menawarkan jenis ruangan berbeda, seperti ruang model asrama maupun ruang privat dengan fasilitas berbeda.
• Makan Daging Kurban Terlalu Banyak, Ini 8 Jus Buah yang Mampu Menurunkan adar Kolestrol
• Dibalik Kasus Enzo Zenz Allie, Eks Panglima Beberkan Cerita TNI Sempat Kecolongan Taruna Komunis
• BREAKING NEWS, Bambang Siswa SMPN 52 Batam yang Tenggelam di Jembatan Nongsa Pura Belum Ditemukan
• Tak Hanya Disate, Ini Resep Tongseng Daging Kambing Kurban, Menu Makan Siang Lezat
• KESEHATAN - Ramalan Zodiak Kesehatan Senin 12 Agustus 2019, Capricorn Stres, Aquarius Perlu Istrahat
• Hasil & Klasemen Liga Inggris Terbaru, Chelsea di Zona Degradasi, Mourinho Kritik Lampard
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Co-living" di Singapura Semakin Populer".