Turunnya para guru ini setelah bentrokan yang terjadi sejak sebulan terakhir antara polisi dan pengunjuk rasa anti-pemerintah.
Pihak pendemo menuduh polisi brutal namun polisi mengatakan bahwa para pendemo terus mendesak mereka dan melakukan provokasi dengan merusak pos-pos polisi di seluruh penjuru Hong Kong.
Selain itu, pendemo juga mulai mengganggu ketertiban umum dengan memblokir jalan raya, stasiun MRT dan bandara sehingga mengganggu masyarakat lain.
Polisi menangkap ratusan orang dengan berbagai tuduhan, mulai dari penggunaan bom molotov, senter laser, hingga merlawan petugas.
"Meskipun kita semua takut ditangkap, kita harus terus berjalan," kata Minnie Lee, seorang pekerja logistik berusia 31 tahun dalam aksi Sabtu.
“Yang kami perjuangkan adalah demokrasi dan hak kami. Kami tidak melakukan kesalahan apa pun. Jika kita berhenti sekarang, segalanya akan bertambah buruk.”
Aksi demo yang awalnya hanya untuk penolakan RUU ekstradisi yang kini ditangguhkan, memang telah bergeser ke isu lain.
Mulai dari tuntutan pengunduran diri pemerintah eksekutif Carrie Lam, penyelidikan independen terhadap penggunaan kekuatan oleh polisi, serta hak kebebasan --yang diartikan luas sebagai gerakan anti-China.
Hal inilah yang membuat rakyat Hong Kong terbelah dan sebagian kemudian membuat gerakan untuk membela pemerintah dan polisi.
Apalagi, aksi demo Hong Kong sudah merusak perekonomian negara tersebut dan saat ini menuju jurang resesi yang akan berdampak pada perdagangan dan pariwisata, sumber utama pendapatan negara pulau yang dipinjam Inggris selama 100 tahun itu hingga 1997.
Hingga saat ini, Beijing masih menahan diri untuk tidak terlibat langsung menghadapi aksi tersebut, namun belasan ribu pasukan telah disiagakan di Shenzhen, kota China daratan yang berbatasan langsung dengan Hong Kong.
Polisi Hong Kong saat ini mengatakan bahwa mereka mampu menangani protes dan mereka tidak akan meminta bantuan Beijing, sebagai syarat utama untuk pengerahan pasukan.
"Saya dapat memberi tahu Anda bahwa kami yakin polisi memiliki kemampuan untuk menjaga hukum dan ketertiban," Yeung Man-pun, komandan distrik Kota Kowloon.
Aksi demo Hong Kong ini menjalar ke negara lain dan menjadi gerakan sentimen pro-demokrasi Hong Kong vs pro-China.
Di Australia, setidaknya 200 pengunjuk rasa turun ke Sydney Town Hall, meneriakkan "Long live China" dan menyanyikan lagu nasional China, sementara protes untuk mendukung gerakan pro-demokrasi berlanjut di Melbourne.