Yuen Hin (25) mengaku mengambil cuti kerja agar bisa hadir di rapat umum tersebut.
Dia menilai pemerintah Hong Kong tidak lagi memiliki kekuatan untuk menyelesaikan krisis yang terjadi di negara semiotonom karena mereka didukung oleh Partai Komunis China.
"Ini bukan demokrasi, ini negara otoriter," tambahnya.
Sebagian besar pendemo adalah anak-anak muda yang bergerak dari kampus mereka, termasuk sekolah-sekolah pro-Beijing.
Bahkan, seorang siswa bernama Oscar Hong (17) mengaku dipecat oleh sekolahnya ketika ketika dia berdebat dengan seorang guru tentang aksi protes.
Tetapi Hong mengaku tidak cemas karena, "Jika Hong Kong hilang, maka tidak ada gunanya bagi saya untuk mendapatkan hasil yang baik."
Polisi Hong Kong bertindak cepat karena pengunjuk rasa mulai berusaha mengganggu MRT lagi seperti sehari sebelumnya.
Dua demonstrasi awalnya direncanakan di Salisbury Garden di Tsim Sha Tsui dan di Tamar Park, tetapi polisi hanya memberikan izin di lokasi terakhir.
Salisbury Garden adalah taman dekat Museum Luar Angkasa Hong Kong. Awal bulan Agustus, ratusan pendemo berkumpul di lokasi itu dan menembakkan laser ke bangunan antariksa yang mirip kubah untuk mengejek polisi.
Pasalnya, sehari sebelumnya, polisi menangkap pendemo karena memiliki 12 pena laser, yang dikategorikan sebagai senjata.
Selama tiga bulan aksi demo yang mengguncang Hong Kong, ini adalah aksi mogok kedua setelah 5 Agustus lalu.
Bentok di Stasiun
Pada Minggu malam, bentrokan keras terjadi di stasiun dan gerbong MRT ketika polisi memukuli sejumlah demonstran dengan brutal.
Namun, Menteri Keamanan Hong Kong memuji pasukan polisi kota itu sebagai "yang terbaik di Asia".