DEMO HONG KONG

Demo Hong Kong yang Radikal Menyebar ke Sekolah, Guru-guru Paling Terjepit dan Galau

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para siswa di sekolah melakukan aksi rantai manusia dengan kampanye stand with Hong Kong dalam putaran demonstrasi anti-pemerintah

Biro Pendidikan telah menerima 58 keluhan antara pertengahan Juni dan pertengahan September tentang perilaku guru sehubungan dengan kerusuhan sosial. Dua kasus dibuktikan, lima tidak, dan sisanya sedang diselidiki, kata biro.

Para siswa telah bergabung dengan gerakan anti-pemerintah sejak tahun ajaran baru, mulai dengan mogok belajar atau boikot kelas, mengadakan aksi duduk, membentuk rantai manusia dan ikut serta dalam protes jalanan.

Di sekolah menengah elit Shatin Tsung Tsin, Selasa lalu, lebih dari 100 dari 900 siswa berbaris di sekitar lapangan basket dan menyanyikan "Glory to Hong Kong", lagu de facto gerakan protes. Beberapa mereka mengibarkan bendera Amerika.

Tindakan mereka langsung mendapat kecaman online dari para loyalis Beijing yang menuduh para siswa mempropagandakan kemerdekaan untuk Hong Kong dan mengkritik para guru, menyebut mereka biang keladi di balik membawa politik ke sekolah.

Sekolah meminta maaf karena tidak segera melakukan intervensi, membela murid-muridnya dan berjanji bahwa para guru akan mencegah siswa untuk mengambil bagian dalam tindakan yang melanggar hukum dan kekerasan.

Biro Pendidikan merespons dengan mengatakan, sekolah adalah tempat belajar, bukan platform untuk propaganda politik.

Biro pendidikan juga semakin aktif melakukan inspeksi ke kampus-kampus dan sekolah-sekolah untuk mencari tahu siswa dan staf yang terlibat dalam kegiatan politik.

Otonomi yang dinikmati oleh lebih dari 1.000 sekolah dasar dan menengah di Hong Kong sekarang juga diserang oleh mereka yang merasa guru gagal menjaga siswa mereka.

Sejumlah dosen juga diganti setelah pernyataan anti-protes memicu ketegangan di kelas

Namun hal itu memang bukan pekerjaan mudah karena biro pendidikan juga mendapat kecaman luas jika bertindak keras pada sekolah yang terlibat dalam kerusuhan.

Namun, mereka lebih sering ke luar dari sekolah tanpa tindakan karena sulit untuk membuat keputusan, akibat tingginya tekanan dari berbagai pihak yang berseberangan.

Ratusan orangtua juga mulai memindahkan anak-anak mereka ke luar Hong Kong, seperti Taiwan, Singapura dan sebagian kecil Eropa.

Rakyat Hong Kong saat ini memang terbelah menyikapi demo Hong Kong.

Banyak yang mendukung, tetapi juga banyak yang terganggu karena kerusuhan membuat ekonomi lumpuh dan mereka kehilangan pendapatan.

Bahkan, sebuah survei yang diterbitkan Rabu lalu menyebutkan bahwa lebih dari 40 persen rakyat Hong Kong ingin keluar dari negara itu.

Halaman
1234

Berita Terkini