TRIBUNBATAM.ID, SINGAPURA - Pemerintah Singapura mulai gusar dengan perilaku warganya yang seakan tidak peduli dengan perkembangan COVID-19 atau virus corona di Singapura.
Kementerian Kesehatan Singapura (MOH), Jumat (14/2/2020) mengumumkan sembilan kasus baru warga mereka yang tertular virus corona di Singapura sehingga jumlahnya menjadi 67 orang.
Enam kasus terbaru kembali tertular dari gereja Grace Assembly of God dan itu artinya, sudah 11 orang yang terpapar corona dari gereja tersebut.
Direktur pelayanan medis di MOH, Kenneth Mak, seperti dilansir TribunBatam.id dari Channel News Asia, Jumat malam mengatakan bahwa dari 67 pasien tersebut, enam dalam kondisi kritis.
• Viral Video Warga Beijing Berupaya Menghafal Sholawat Tibbil Qulub di Tengah Teror Virus Mematikan
• Kisah Perawat Bertahan Siang-Malam Menjaga Bayi Terinfeksi Virus Corona, Nasib Ibunya Tak Terduga
• Bekerja di Johor dan Ber-KTP Luar Batam, Satu Pasien Jalani Isolasi di RSBP Terkait Virus Corona
Sedangkan dua pasien, yakni kasus 30 dan 45, telah keluar dari rumah sakit pada hari Jumat sehingga hingga saat ini sudah 17 orang dinyatakan pulih dari penyakit ini.
Kasus 30 adalah seorang pria berusia 27 tahun yang menghadiri pertemuan bisnis pribadi di Grand Hyatt Singapura.
Sedangkan kasus 45 seorang gadis berusia dua tahun yang berada di antara 92 warga Singapura yang dievakuasi dari Wuhan pada 30 Januari.
Namun, permasalahan baru cukup membuat gusar pemerintah, seperti yang disampaikan Menteri Kesehatan Gan Kim Yong.
Ternyata, ada suspek punya kesadaran rendah terkait virus ini karena mereka masih berbaur dengan masyarakat lainnya.
Bahkan ada pasien yang dalam kondisi sakit seperti gejala terkena virus, masih bekerja.
"Ini tidak membantu dalam upaya kami untuk mengurangi risiko penularan di masyarakat," katanya.
Salah satu kasus yang baru dikonfirmasi pada hari Jumat adalah seorang karyawan PUB (PDAM), kata Badan Air Nasional.
PUB mengatakan dalam pernyataan media bahwa karyawan itu adalah anggota staf administrasi dan tidak terlibat dalam operasi pabrik atau lapangan.
Namun hal ini sangat memprihatinkan. Semua karyawan yang jumlahnya 70 orang di kantor PUB tersebut terpaksa harus mengosongkan kantor untuk dilakukan disinfeksi.
Mereka juga dalam pengawasan ketat pihak otoritas kesehatan setempat akibat seoraqng karyawan yang bandel tersebut.
Gan Kim Yong mengumumkan bahwa 900 klinik di seluruh Singapura akan diaktifkan kembali sebagai Klinik Kesiapsiagaan Kesehatan Masyarakat untuk memberikan pengobatan bagi pasien dengan gejala pernapasan.
Hal ini akan membantu pihak berwenang untuk mendeteksi virus lebih awal dan mengurangi risiko penularan lebih lanjut, MOH mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Terkait penularan di gereja Grace Assembly of God, yan memiliki cabang di Tanglin dan Bukit Batok, Rabu lalu sudah diumumkan dua kasus dan lima lainnya diumumkan pada hari Kamis.
Sehari kemudian ditemukan lagi enam kasus sehingga gereja tersebut dianggap sebagai pusat wabah baru.
Ketika ditanya apakah ada "penyebar super" (menular pada banyak orang) di Grace Assembly of God, Mak mengatakan tidak ada informasi yang cukup untuk mengidentifikasi individu tertentu sebagai penyebar super.
"Di dalam kluster (gereja), individu kemungkinan tertulas di dalam keluarga. Ini tidak selalu berarti bahwa satu individu menjadi penyebar super," katanya.
1.700 Staf Medis Terpapar Corona
Sementara itu, wabah COVID-19 di China terus menunjukkan kondisi yang memprihatinkan.
China mengumumkan peningkatan drastis jumlah penderita baru dan korban meninggal.
Sepanjang Kamis malam hingga Jumat (14/2), China melaporkan 5.000 lebih kasus baru dan 121 kematian dalam satu hari.
Akibatnya, total penderita virus mematikan itu saat ini mencapai 64.452 penderita dan 1.380 orang meninggal.
Sementara jumlah penderita yang berhasil disembuhkan baru 7.119 orang.
Hal yang paling mencemaskan adalah, virus itu dilaporkan semakin banyak menyerang tim medis yang berjibaku di Provinsi Hubei, pusat wabah.
Dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post, untuk pertama kalinya Beijing mengakui bahwa 1.716 staf medis terpapar virus corona.
Direktur Komisi Kesehatan China Zheng Yixin mengumumkan bahwa 1.716 pekerja medis terinfeksi dengan virus corona.
Jumlah pekerja medis yang terinfeksi 3,8 persen dari total infeksi di daratan China.
Sebanyak 1.502 terinfeksi di Hubei, dan 1.102 di antaranya di pusat wabah, Wuhan.
Pemerintah China memang terus mengerahkan bantuan medis ke provinsi yang berpenduduk 20 juta jiwa tersebut.
Di provinsi itu ada 13 kota yang saat ini dilanda wabah, terutama ibukota Wuhan.
Kantor berita Xinhua melaporkan bahwa pada Rabu, ada 11 pesawat angkut Angkatan Udara jenis Y-20 ke Wuhan.
Pesawat logistik tersebut merupakan yang terbaru dan untuk pertama kalinya digunakan dalam mengangkut tim medis dan logistik di luar kepentingan militer.
Tidak dijelaskan, berapa anggota Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang dikirim ke Wuhan, namun dari pantauan gambar, jumlahnya ratusan orang.
Selain itu, 600 tim medis gelombang keempat juga dikerahkan dari Nanchang, Provinsi Jiangxi, ke Wuhan. Mereka dilepas seperti pasukan yang hendak berperang oleh keluarga dan petugas stasiun kereta api di ibukota China bagian timur itu.
Dukungan moral tersebut memang sangat penting mengingat mereka akan bertempur melawan musuh yang tak tampak. "Kami tidak akan mudah menyerah selama ada secercah harapan," kata seorang dokter.
Selain itu, 233 tim medis yang terdiri dari dokter dan perawat juga bertolak dari Xiangyang, Provinsi Liaoning menuju Hubei.
Meskipun mengepalkan tangan, namun perpisahan mengharukan dengan keluarga tetap tak terhindarkan.
Sejak pecahnya COVID-19, Beijing mengerahkan bantuan medis dari berbagai provinsi ke Hubei.
Mereka bekerja dengan tekanan berat karena setiap hari, ada ribuan orang yang masuk rumah sakit. Beberapa foto Xinhua menunjukkan wajah mereka yang lecet-lecet akibat sepanjang hari mengenakan masker.
Provinsi Hubei, pusat wabah, melaporkan 4.823 kasus baru dan menunjukkan bahwa 10 hari berturut-turut, tidak ada penurunan kasus.
Direktur Komisi Kesehatan China Zheng Yixin menyebutkan, penggunaan metrik scanner terbaru yang lebih baik daripada thermal scan, membuat jumlah penderita naik dengan cepat. Sehingga Beijing akan mencoba alat ini ke provinsi lain.
Alat ini mampu mendeteksi virus meskipun orang tersebut tidak memiliki gejala, seperti demam dan batuk.
Plasma Pasien Sembuh Jadi Antibodi
Meskipun peningkatan epidemi terlihat mencemaskan, namun ada harapan baru dalam pengobatan pasien. Plasma dari pasien yang pulih dari virus akan digunakan untuk melawan COVID-19, kata China National Biotec Group, Kamis malam.
Plasma ini akan menjadi antibodi penawar virus. Dari percobaan yang dilakukan membuktikan bahwa plasma ini dapat secara efektif membunuh virus, menurut laporan Beijing News, Jumat.
Perusahaan itu mengklaim berhasil menghasilkan plasma untuk perawatan klinis setelah tes keamanan biologis darah yang ketat, inaktivasi virus dan pengujian aktivitas antivirus.
Plasma telah digunakan untuk mengobati 11 pasien dalam kondisi kritis dan hasilnya signifikan, kata perusahan itu.
Fase pertama perawatan dilakukan pada tiga pasien sakit kritis di Wuhan pada 8 Februari dan plasma saat ini sedang digunakan untuk merawat lebih dari 10 pasien sakit kritis.
Tes klinis menunjukkan bahwa setelah 12 hingga 24 jam perawatan, indikator inflamasi utama di laboratorium menurun secara signifikan.
Begitu juga proporsi limfosit meningkat. Indikator kunci seperti saturasi oksigen darah dan viral load juga meningkat.
“Produk untuk mengobati virus corona baru ini berasal dari plasma yang diisi antibodi sumbangan pasien yang pulih,” menurut keterangan perusahaan.