HUMAN INTEREST

Kisah Iwan Balon, Pedagang Mainan di Batam yang Beralih Profesi Jadi Penjual Masker Kain

Editor: Dewi Haryati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Iwan Balon bersama gerobak motornya, menjajakan masker kain di pinggir jalan kawasan Sei Harapan, Sekupang, Batam, Selasa (7/4/2020).

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Alun-alun Engku Putri Batam Center di Batam, Kepri, terpantau sepi pengunjung pada Selasa (7/4/2020). Akibat penutupan sementara untuk mencegah penyebaran Covid-19, suasana alun-alun tampak mati tanpa satu orangpun beraktivitas di ruang terbuka itu.

Bahkan, para pedagang makanan dan mainan yang biasa mencari rezekipun tidak tampak meramaikan lokasi alun-alun tersebut. Beberapa pedagang memilih untuk menghentikan aktivitasnya sementara waktu, dan sebagian lainnya berusaha mengadu nasib di tempat lain.
Sama halnya dengan Iwan Balon, pria 32 tahun yang selama ini dikenal dengan lapak dagangan mainannya di sekitar alun-alun Engku Putri. Iwan yang sehari-hari mencari rezeki dengan menjajakan mainan dan balon itu mengaku, penutupan sementara alun-alun tersebut cukup memberikan kesulitan ekonomi bagi keluarganya.
Berkurangnya pembeli adalah kendala lain yang dirasakannya sebagai dampak dari kehilangan tempat berdagang. Ia tak lagi dapat berjualan dengan leluasa, akibat banyaknya taman dan tempat wisata yang tutup.
Alun-alun tempatnya selama ini mengadu nasib juga tak dapat diakses untuk sementara waktu, akibat dampak wabah Covid-19 di Batam.

Dapat Asimilasi di Rumah, Warga Binaan Wajib Lapor Setiap Hari, Jika Tidak Ini Tindakan Bapas Batam

Hasil Tes Urine Positif Narkoba, 43 Pengunjung Tempat Hiburan di Batam Bakal Direhabilitasi


Alhasil, Iwanpun berputar haluan menjadi penjaja masker di pinggir jalan. Beralih dari membuat balon dan mainan, ia menaruh secercah harapan pada puluhan masker kain yang telah dipesannya langsung dari tengkulak di Depok.
Iwan berharap, keputusannya berjualan masker kain kali ini adalah tepat untuk menyambung hidup. Apalagi, di tengah wabah Covid-19 akhir-akhir ini. Ia berharap barang dagangannya dapat laku keras diserbu pembeli.
"Yang penting bisa balik modal dulu saja," ujar Iwan.
Meski demikian, setelah sekitar 2 minggu beralih barang dagangan, Iwan mengaku masih lebih banyak mendapat keuntungan dari berjualan mainan ketimbang masker. Salah satu kendala Iwan adalah, banyaknya saingan pedagang yang juga menjual masker kain yang sama.
"Biasanya masker-masker kayak gini sudah banyak dijual di warung-warung. Bahkan sudah ada pedagang yang punya stan sendiri-sendiri. Sedangkan saya masih pakai gerobak motor, kadang berjalan kaki," ujarnya.
Biasanya, Iwan menjajakan masker kain miliknya di pasar kaget, atau pinggir jalan. Di mana ada keramaian, di sanalah Iwan mencoba peruntungan. Terkadang ia bisa membawa pulang uang sekitar Rp 400 ribu, namun di lain waktu, pernah juga dagangannya sepi tanpa satupun pembeli.
Selama berjualan masker di pasar kaget, dagangan Iwan sudah dua kali dibubarkan oleh polisi dalam patroli. Ia dan sesama pedagang lainnya di pasar kaget kawasan Marina terpaksa menyebar dan membuka lapak dagangannya di tempat lain.
Sampailah Iwan Balon di pinggir jalan Sei Harapan, Sekupang pada Selasa siang. Berbekal gerobak motor dan puluhan masker kain, Iwan sekali lagi mencoba peruntungannya.
Satu lembar masker kain dagangannya dihargai Rp 10 ribu sampai dengan Rp 15 ribu. Dari penjualan masker kain tersebut, Iwan hanya meraup untung tipis. Meski demikian, hasil penjualannya dapat menutupi kebutuhan sehari-hari keluarga.
"Kadang sudah kita kasih harga Rp 10 ribu, banyak juga orang yang nawar. Ya sudah kita lepas aja, daripada nggak ada yang beli. Walaupun jualan sekarang ini susah, tapi mau kerja apa lagi? Nggak bisa, pendidikan hanya tamatan SMP," ujar Iwan sembari tersenyum.
Pria asli Batam, Kepulauan Riau ini mengenang, dia belum pernah merasakan pekerjaan lain selain sebagai pedagang kaki lima dan asongan. Dia sudah malang melintang menjajakan mainan sejak tahun 2012 lalu. Hingga saat ini, ia masih sanggup menjadi tulang punggung keluarga dengan menghidupi seorang istri dan satu anak yang masih balita.
Iwan berharap, pandemi Covid-19 ini dapat segera berakhir, dan keresahan masyarakat dapat segera teratasi. Terkhusus kepada pemerintah, Iwan mengharapkan kesejahteraan rakyat kecil seperti dirinya dapat terjamin.
"Kadang kita serba salah, mau ikutin peraturan pemerintah untuk di rumah aja, nanti dapat uang dari mana? Makan dan bayar tagihan bagaimana?," kata Iwan dengan nada prihatin.
Sampai saat ini, Iwan mengaku keluarganya belum merasakan satupun stimulus dan bantuan biaya yang dijanjikan pemerintah terkait Covid-19 ini. Pria yang tinggal di wilayah Batuaji ini berharap, rencana bantuan dari pemerintah seperti sembako dan listrik gratis dapat segera dinikmati oleh masyarakat. 
(TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)
 

Berita Terkini