TRIBUNBINTAN.com, BINTAN - Harga masker kain di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri melambung. Ini setelah Pemerintah Pusat mewajibkan pemakaian masker untuk mencegah penularan Covid-19.
Dari hasil pantauan TribunBatam.id di pasar swalayan di Km 16, harga masker kain biasa mencapai Rp 8.800 dari harga sebelumnya Rp 6.000. Kemudian untuk harga masker berbahan karet mencapai Rp 17.800.
Tidak hanya di swalayan, di beberapa pedagang aksesories juga harganya lumayan meningkat seperti masker kain yang hanya satu lapis seharga Rp 10 ribu.
Harga yang sama juga terpantau di satu apotek yang menjual masker kain dengan harga Rp 10 ribu per Pcs.
Warga pun terkejut dengan melambungnya harga masker ini., Ramadan misalnya. Ia hanya pasrah membeli masker dengan harga tersebut untuk ia gunakan sehari-hari.
"Saya beli tiga untuk saya, anak dan istri. Jadi semuanya Rp 30 ribu. Lumayan terasa sih, tapi apa boleh buat untuk antisipasi Covid-19," ucapnya.
Ditempat terpisah, Warga Toapaya, Wawan berbelanja di swalayan di Km 16 mengeluhkan harga masker yang menurutnya tidak wajar itu.
Ia mengaku harus merogoh Rp 35 ribu jika membeli 4 masker untuk istri dan anak-anaknya.
"Untuk saat ini cukup saya saja yang menggunakan masker, karena masih ada kebutuhan yang lain. Tidak semua warga mempunyai uang yang lebih untuk membeli masker. Terkadang mau belanja kebutuhan dapur saja kurang," keluhnya.
Ia pun berharap supaya di tengah wabah corona saat ini pemerintah ataupun Dinas terkait memantau harga masker yang saat ini sudah mulai melambung ditengah kebijakan pemerintah yang mewajibkan menggunakan masker jika keluar rumah.
"Apalagi saat ini akibat Covid-19 proyek bangunan juga sepi dan kami sebagai buruh bangunan juga terdampak tidak mendapatkan job," katanya.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Disperindagkop dan UKM Bintan, Setia Kurniawan mengakui, salah satu kebutuhan sekarang yang menjadi trending untuk barang yang dibutuhkan di tengah Covid-19 saat ini merupakan masker.
• Download Lagu MP3 Aisyah Istri Rasulullah Syakir Daulay, Lengkap dengan Lirik Lagu
• Penjelasan Lengkap Gubernur DKI Anies Baswedan PSBB Jakarta, Berlaku Mulai Jumat 10 April
Setia mengaku kesulitan dalam menindak oknum penjual yang menaikkan harga masker lantaran belum ada standar baku mengenai hal itu.
"Maka dari itu saya berharap masyarakat ikut memproduksi masker yang berkualitas dengan harga ekonomis. Memang masker sudah jarang ditemui, makanya sampai Menteri perdagangan melarang mengekspor masker dan hand sanitazer. Hal ini akan kami pantau," ucapnya.
Berlaku di Kabupaten/Kota Lain di Provinsi Kepri
Sejak kasus pertama virus Corona mencuat pada Januari 2020 lalu, masyarakat langsung bersiap.
Satu upaya yang dilakukan adalah berburu masker. Akibatnya, masker semakin langka di pasaran.
“Barangnya sudah mahal dan langka pula.
Satu kotak harganya berkisar antara 400-500 Dolar Hong Kong (HKD).
Kalau dihitung per lembar, kira-kira Rp 80 ribu-Rp 90 ribu,” ujar Yana Sulistyana, warga negara Indonesia (WNI) yang kini berada di Happy Valley sebagaimana dirilis Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kepulauan Riau (Kepri), Minggu (8/3/2020).
Pembelian secara panik atau panic buying, tidak hanya terjadi di Hong Kong.
Kompas mencatat pembelian secara panik juga terjadi di sejumlah negara yang mengalami kasus Corona.
Beberapa di antaranya adalah China, Korea Selatan, Jepang, Italia, Jerman dan Austria.
Indonesia termasuk negara yang mengalami virus Corona.
Semenjak Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo mengumumkan ada kasus infeksi Corona di Indonesia, kepanikan terjadi di masyarakat.
Kepanikan itu membuat masyarakat ramai-ramai membeli masker dan cairan pembersih tangan.
Dalam waktu sekejap harga masker dan cairan antiseptik pun melambung tinggi.
Kompas mencatat, pada Selasa (3/3/2020) lalu, harga beberapa masker di toko daring bahkan naik 10 kali lipat.
Sedangkan cairan pencuci tangan yang semula hanya puluhan ribu, kini juga berada di angka ratusan ribu rupiah per botol.
Permintaan yang tinggi pada akhirnya mempengaruhi harga pasar.
• Cegah Penyebaran Covid-19, Portal Parkir Keluar Masuk RSUD Embung Fatimah Batam Dibuka
• Sukses Latih Bayern Muenchen U17, Miroslav Klose Promosi Jadi Asisten Pelatih Bayern Muenchen
Menurut dokter Rizal Alimin, Koordinator Tim Medis ACT, penggunaan masker sebenarnya lebih utama untuk orang yang kondisinya sakit dibandingkan orang yang sehat.
“Baik Covid-19 atau virus lainnya.
Semua orang yang sedang demam sebaiknya pakai masker untuk mencegah penularan virus.
Kalau kita bersin, ada sekitar 40.000 droplets (percikan bersin) yang keluar.
Kalau batuk mungkin sekitar 3.000 droplets.
Jadi penting sekali kita menegakkan etika bersin dan batuk.
Prinsipnya bagaimana mencegah droplets itu keluar, baik dengan tisu ataupun dengan masker.
Pokoknya kita mencegah agar dia tidak menyebar,” ujar dokter Rizal.
• Hasil Rapid Test 7 Perwira Polisi Polda Kepri Positif Covid-19, Begini Kondisinya Saat Ini
Tenaga kesehatan lain, dokter Rizal juga mengimbau kepada masyarakat agar sering mencuci tangan untuk mencegah virus Corona.
Dosen Magister Bidang Kesehatan Masyarakat University of Derby, Inggris, Dono Widiatmoko sebagaimana dilansir dari Kompas.id, mengatakan droplet yang menempel pada tempat-tempat umum akan mudah terpegang oleh orang lain dan menularkan virus itu.
Virus yang berada di tangan tersebut berpotensi masuk ke dalam tubuh jika orang yang terpapar memegang mata, hidung atau mulut.
Dengan mencuci tangan, mata rantai penularan Covid-19 ini secara tidak langsung akan terputus.
”Virus akan mudah masuk melalui mata karena sangat mudah ditembus.
Itulah alasannya mata kita lebih gampang merah jika terpapar kotoran,” terang Dono.
Dono menyarankan masyarakat agar mencuci tangan menggunakan sabun, bukan hand sanitizer.
Cuci tangan menggunakan sabun mengakibatkan bakteri atau virus yang menempel pada telapak tangan akan luruh.
”Tidak salah menggunakan hand sanitizer.
Namun dari sisi kesehatan masyarakat, cuci tangan dengan sabun sudah cukup.
Apalagi ketika stok hand sanitizer terbatas,” kata Dono saat ditemui di Jakarta.
Fenomena panik membeli tidak hanya terjadi pada masker dan cairan antiseptik untuk tangan.
CNN melaporkan masyarakat bahkan membeli makanan dalam jumlah banyak di beberapa ritel setelah virus Corona sampai di Indonesia.
Fenomena tersebut sangat memperkeruh situasi di masyarakat saat ini.
Kondisi ini diperparah lagi dengan erupsi Gunung Merapi pada Selasa (3/3) lalu, sehari setelah pengumuman kasus virus Corona di Indonesia.
• Ikuti Imbauan Pemerintah, Imigrasi di Tarempa Batasi Pelayanan Pembuatan Paspor Cegah Virus Corona
• Poster Menarik untuk Edukasi Anak-anak Cegah Penyebaran Virus Corona, Mudah Dipahami
Masyarakat kesulitan menghadapi abu vulkanik yang menyebar hingga wilayah Solo Raya.
"Posisinya saat ini, masker memang sangat sulit sekali dicari.
Sampai sekarang kami masih berusaha untuk mencari masker.
Alhamdulillah, teman-teman Masyarakat Relawan Indonesia (MRI)-ACT Klaten tadi juga sudah turun juga membagikan beberapa masker yang masih ada stoknya.
Selain itu, kami juga mengusahakan untuk obat tetes mata.
Antisipasi jika abu vulkanik sampai masuk ke mata," jelas Ardiyan, Koordinator MRI - ACT Solo Raya.
Masker Sekali Pakai Sulit Dicari di Anambas
Stok masker sekali pakai di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri mulai sulit dicari.
Warga diketahui memborong masker itu untuk mengantisipasi wabah virus Corona yang menyerang sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Pilihan lain dengan menggunakan masker berbahan kain, terpaksa dibeli oleh masyrakat di Kelurahan Tarempa, Kecamatan Siantan misalnya.
Pantauan TribunBatam.id, sejumah ibu-ibu memilih masker berbahan kain dengan harapan terhindar dari bakteri serta virus.
"Lebih nyaman pakai masker yang sekali pakai, tapi karena ngga ada saya beli yang kain aja, lumayan bisa dicuci juga," kata seorang warga Anambas, Sari saat ditemui di satu kios di Pasar Inpres, Jalan Hang Tuah, Kelurahan Tarempa, Kecamatan Siantan, Anambas, Rabu (18/3/2020).
Harga masker sekali pakai dijual Rp 5 ribu untuk 3 lembar. Sedangkan untuk masker kain dijual Rp 10 ribu per lembarnya.
Habisnya ketersediaan masker sekali pakai diakui seorang pedagang aksesoris dan masker di Pasar Inpres, Januar.
Ia mengaku tidak bisa menyediakan stok masker, karena pengiriman masker yang biasanya ia jual itu dari Jakarta.
"Sudah habis mbak, tinggal masker kain aja yang ada. Orang kemarin udah pada borong. Kurang tahu kapan ada lagi. Soalnya di Jakarta juga katanya terbatas, " katanya.(TribunBatam.id/Alfandi Simamora/Roma Uly Sianturi/Rahmatika)