"Saya memberi instruksi kepada departemen bersenjata wewenang menangani masalah dengan musuh untuk menentukan sikap," jelas Kim yunior.
Dilansir New York Post Minggu (14/6/2020), merespons ancaman Pyongyang, Direktur Keamanan Nasional Chung Eiu-yong menggelar rapat darurat.
Berdasarkan keterangan kantor kepresidenan, Chung melakukan konferensi video bersama kementerian yang mengurusi keamanan dan para jenderal militer.
Kementerian Unifiksi, yang secara khusus mengurus relasi dengan Korea Utara, kemudian menyatakan mereka "menganggap ancaman tersebut serius".
"Utara dan Selatan harus menghormati perjanjian antar-Korea yang sudah disepakati," jelas kementerian unifikasi dalam rilis resmi.
Sementara kementerian pertahanan menuturkan, mereka akan memantau pergerakan militer negara tetangga sembari mempersiapkan respons.
Selama dua pekan terakhir, Kim Yo Jong terus melontarkan ancaman kepada Seoul, di mana dia sebelumnya menyatakan akan memutuskan hubungan.
Selain itu, dia juga melontarkan serangan bakal merusak kantor perwakilan gabungan dua Korea yang berada di kawasan Kaesong.
Tak hanya itu, jajaran pejabat Korut yang lain juga menyerang Amerika Serikat (AS), dan terjadi di peringatan dua tahun pertemuan perdana Kim Jong Un dan Presiden Donald Trump.
Para pakar berpendapat, serangan demi serangan yang diberikan oleh Korea Utara merupakan bentuk rasa frustrasi negara komunis tersebut.
Sebabnya, tidak ada perkembangan signifikan dalam perundingan denuklirisasi dengan AS, yang dimotori Presiden Korsel Moon jae-in.
Perundingan denuklirisasi tersebut kolaps dalam pertemuan kedua Kim dan Trump yang diselenggarakan di Hanoi, Vietnam, Februari 2019.
Ancam Batalkan Perjanjian Militer
Sebelum, Kim Yo Jong juga melontarkan ancaman kepada Korea Selatan, yang akan membatalkan perjanjian militer.
Korut juga mengancam akan menutup kantor penghubung lintas-perbatasan, kecuali Seoul menghentikan para aktivis mereka yang membagikan selebaran anti-Pyongyang di atas perbatasan dua negara itu.