BATAM TERKINI

Transaksi Tunai Melambat Akibat Pandemi Corona, Berikut Data dari BI Kepri

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo (tengah) didampingi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri yang baru Musni Hardi (kiri), dan Fadjar Majardi Kepala Perwakilan yang lama, saat konferensi pers usai pengkuhan Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri, di Gedung Serba Guna Bank Indonesia, Jalan Engku Putri, Batam Centre, Jumat (28/2/2020).

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Dampak dari kondisi perekonomian Kepri yang melambat berpengaruh pada transaksi tunai.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepri, Musni Hardi K Atmaja mengungkapkan, hal ini terlihat dari menurunnya neto penarikan uang kartal oleh perbankan dari BI Provinsi Kepri (kontraksi net outflow) sebesar -77,1% (yoy).

Sementara selama Idul Fitri Mei 2020 lalu, penarikan uang kartal oleh perbankan dari BI Provinsi Kepri (outflow) tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Realisasi outflow pada periode tersebut tercatat sebesar Rp1,16 triliun, jauh di bawah perkiraan sebesar Rp2,4 Triliun maupun outflow pada periode Ramadhan-Idul Fitri tahun sebelumnya sebesar Rp 2,5 Triliun," ujar Musni, Rabu (24/6/2020).

Penurunan outflow, katanya, didorong oleh adanya pergeseran cuti lebaran, larangan mudik, penurunan pendapatan masyarakat, pembatasan sosial dan seiring meningkatnya penggunaan transaksi digital di masa pandemi COVID-19," imbuhnya.

Ia melanjutkan sejak merebaknya COVID-19 di Indonesia sampai dengan 18 Juni 2020 jumlah uang setoran bank yang diterima oleh BI Provinsi Kepri berjumlah Rp1,4 Triliun.

Dari jumlah tersebut sebanyak Rp295 Miliar telah diolah sementara sisanya masih menunggu untuk dilakukan pengolahan/karantina.

"BI juga mendorong penggunaan transaksi secara non tunai menggunakan kartu debit, kartu kredit, mobile banking, dan uang elektronik (UE) termasuk penggunaan QRIS (QR Code Indonesian Standard) di masa pandemi COVID-19," tuturnya.

Jumlah nominal transaksi menggunakan UE pada April 2020 tercatat sebesar Rp128,3 miliar.

Meningkat sekitar 34% dari transaksi UE pada Maret 2020. Seiring dengan peningkatan tersebut, jumlah merchant QRIS di Kepri hingga 19 Juni 2020.

"Peningkatan mencapai 35,343 unit yang sebagian besar berada di Kota Batam, disusul Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan," terang Musni.

Sementara realisasi inflasi Kepri pada Mei 2020 tercatat sebesar 0,52% (yoy). Lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 1,00% (yoy) maupun inflasi Nasional sebesar 2,19% (yoy).

Kisruh Sopir Taksi Online dengan Leasing, Organda ASK Bahas Keringanan Pembayaran Bersama APPI Batam

Jadi Inspektur Upacara saat HUT Anambas, Bupati Abdul Haris Minta Warga Jaga Zona Hijau Covid-19

Penurunan inflasi tersebut sejalan dengan penurunan tekanan inflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau serta kelompok transportasi yang terdampak oleh pelemahan permintaan/daya beli masyarakat.

"BI Kepri memperkirakan inflasi Kepri pada tahun 2020 dapat terkendali dibawah kisaran sasaran inflasi sebesar 3 + 1%. Upaya pengendalian inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus dilakukan melalui implementasi strategi 4K (ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif)," katanya.

Angka Inflasi Kota Batam

Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPwBI) Kepulauan Riau (Kepri), Musni Hardi Kasuma Atmaja mengatakan inflasi Kota Batam hingga akhir Juni 2020 ini berkisar di angka 0,51 persen. Angka itu masih jauh dari target inflasi nasional di 2020 sebesar 3+1 persen.

Sampai akhir 2020 ini, BI memperkirakan angka inflasi Batam berada di kisaran 2 persen. Pada prosesnya, pihaknya menekankan pentingnya menjaga arus distribusi bahan pangan Kota Batam yang memang banyak disuplai dari luar daerah.

Di tengah kondisi cuaca di Juni ini mulai terjadi hujan yang tentu akan berpengaruh pada kelancaran distribusi bahan pangan.

"Dalam tahun depan kalau misalnya penyebaran covid bisa dikendalikan, pertumbuhan ekonomi kota akan lebih tinggi, income meningkat, pendapatan meningkat, kebutuhan bahan pangan meningkat, ini ada kemungkinan kebutuhan bahan pengan meningkat," ujar Musni, Rabu (24/6/2020).

Diakuinya kondisi penanganan Covid-19 dan gerak masyarakat yang mulai menyesuaikan dengan tatanan kehidupan baru, Musni memperkirakan ekonomi Batam dan Kepri akan membaik pada kuartal 3 dan 4 2020 mendatang.

Apabila kondisi Covid-19 sudah bisa tertangani lebih baik, maka akan berimplikasi pada peningkatan risiko inflasi menuju batas tertinggi di kisaran 4 persen.

Musni melanjutkan KPwBI Kepri menawarkan tiga formula yang bisa menjadi solusi. Diantaranya mendorong peningkatkan produksi, transaksi digital transaksi penjualan barang online dengan transaksi nontunai dan terakhir bekerja sama dengan daerah lain.

Untuk penggunaan transaksi nontunai dan sistem online, selain mencegah covid-19 ini juga memudahkan pedagang.

Meskipun demikian, formula-formula tersebut beberapa diantaranya tidak bisa diterapkan dalam waktu dekat. Dengan luas lahan yang terbatas, kebutuhan pangan Kota Batam belum bisa terpenuhi.

"Kita perlu menjalin kerja sama dengan daerah yang memiliki bahan pangan, ini sesuai dengan instruksi pusat. Batam ini hampir selalu defisit, lahan kita terbatas penduduk kita banyak," katanya.(TribunBatam.id/Roma Uly Sianturi)

Berita Terkini