Fasilitas itu mungkin saja bagi Vina serta suami yang sama-sama bekerja, masih bisa tersedia.
Namun Vina menyayangkan, apabila kebutuhan ini memberatkan para orang tua murid lainnya yang kurang mampu secara finansial.
"Kami pun terpaksa harus membelikan dua tablet untuk anak. Soalnya kalau tidak ada gadget, bagaimana mau belajar daring?" jelas Vina.
Oleh karena kendala dan biaya yang tidak sedikit untuk menyelenggarakan kegiatan belajar di rumah, Vina berharap kepada pemerintah dan pihak sekolah untuk meringankan sedikit beban para orangtua murid, terutama masalah biaya SPP.
Menurutnya, masih banyak sekolah swasta yang membebankan SPP normal kepada orangtua wali murid, meski situasi dan dampak Covid-19 masih terasa.
"Harapannya, kegiatan belajar mengajar ini bisa segera tatap muka. Karena menurut saya, lebih efektif. Tapi tentunya ya pakai protokol kesehatan yang ketat," tambah Vina.
Sebagai orang tua yang bekerja, Vina juga menilai kegiatan belajar mengajar tatap muka lebih efektif dan memudahkan.
Selain karena dirinya juga sibuk bekerja, sang anak, yang bernama Zahra, juga mengaku lebih mudah jika diajari oleh guru di sekolah.
Zahra mengatakan, pelajaran menjadi lebih sulit jika dilakukan secara daring.
"Belajar di rumah susah. Karena nggak ada yang ngajarin," jawab Zahra.
Pusing Dampingi Anaknya Belajar
Tidak hanya Vina, keluhan orang tua yang mendampingi anaknya belajar menggunakan sistem online juga dialami orang tua pelajar di Perumahan Anggara, Kelurahan Sagulung, Restina.
Dua minggu semenjak sekolah masuk, sesuai dengan kalender Pendidikan yang ada di Indonesia.
Ia cukup dibuat pusing dengan tugas tugas sekolah yang setiap dikirim oleh guru di sekolah.
Selain banyak yang tidak mengerti dengan bahan pelajaran yang diberikan kepada anaknya, orang tua tidak bisa melepas anak belajar sendiri, khususnya anak yang masih duduk di sekolah dasar.