Kepri mampu meraup 2,8 juta wisawatan dalam setahun.
50 persen wisawatan datang dari negeri Singapura, Malaysia dan Tiongkok.
"Sejak Maret lalu jumlah wisatawan kita mengalami penurunan," ucapnya pada Webilog dengan Tribunbatam.id Kamis (30/7/2020)
Tak hanya pariwisata, beberapa jenis usaha lainnya turut mengalami kepahitan serupa.
Beberapa usaha ekonomi ikut terdampak seperti perdagangan, perhotelan, restoran, dan transportasi.
"Kami memprediksi pada Quartal Kedua mendatang akan lebih rendah dari Quartal pertama tahun 2020. Sebab puncak pembatasan sosial terjadi pada bulan april hingga bulan mei sehingga ekonomi provinsi kepri pada Q2 akan menunjukkan angka yang rendah dibandingkan Q1," jelasnya.
Sementara, Singapura menyatakan resesi nya pada saat Quartal 1, hal tersebut tentu akan memberikan dampak pada Q2 di provinsi Kepri.
"Keterkaitan antara Singapura dan Batam tentu sangat erat. Perekonomian Singapura saat ini sedang mengalami kontraksi," katanya.
Disisi lain, BI Kepri optimis terkait pertumbuhan ekonomi pada kuartal 3 dan 4.
Sebab saat ini jenis perdangan seperti ritel, eceran, serta kuliner menunjukkan pergerakannya.
"Kemungkinan q3 meningkat, dan q4 semakin meningkat. Tahun 2021 kita prediksi lebih tinggi dari angka saat ini. Syarat nya kita harus disiplin terhadap protokol yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Untuk sektor pariwisata, sangat tergantung terhadap kepercayaan dari wisatawan. Untuk itu mari sama-sama galakkan protokol kesehatan agar perekonomian dapat berangsur membaik," katanya.
Saat ini, BI mendorong masyarakat untuk melakukan transaksi pembayaran secara non-tunai.
Seperti layanan non-tunai perbankan, uang digital hingga layanan lainnya yang berbentuk cashless.
Hal itu dinilai efektif dilakukan saat pandemi selaras dengan kebutuhan rasa aman masyarakat saat ini.
Yakni saat masyarakat diminta untuk mengurangi kontak langsung satu sama lain atau menerapkan jaga jarak.