"Setelah aksi mereka pada 16 Agustus 2019, mereka masuk Wamena," ujarnya saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Sabtu (24/08/2019).
Namun, Candra memastikan Egianus tidak pernah masuk wilayah kota dan terus memantau keadaan dari pinggiran kampung di sekitar Wamena.
Menyusup ke aksi protes mahasiswa Direncanakan, Egianus ingin memanfaatkan maraknya aksi protes terkait dugaan tindakan rasisme yang diterima mahasiswa Papua, yang muncul di beberapa daerah di Papua dan Papua Barat.
Egianus diyakini akan menyusup bila aksi serupa muncul di Jayawijaya. Namun, karena rencananya terbaca aparat keamanan, TNI-Polri berhasil mengeliminasi aksi protes tersebut sehingga hingga kini tidak ada aksi turun ke jalan di Wamena.
Candra memastikan Egianus masuk Wamena dengan sebagian besar pengikutnya, dan mereka membawa persenjataan lengkap.
"Pengikuti Egianus banyak, sekitar 30 orang dan kemarin ikut semua ke Wamena dan (sekarang) hanya ditinggal sekitar 10 orang di Habema. Mereka membawa senjata lengkap. Yang menghadang pasukan kami saja pakai Minimi dan Mauser," tuturnya.
Keluar Wamena setelah baku tembak dengan TNI-Polri
Setelah terjadi kontak senjata di Pasar Jibama yang menewaskan seorang anggota KKB, Egianus dipastikan telah keluar dari Wamena. Menurut Candra, Egianus dan sebagian besar pengikutnya telah bergerak dengan berjalan kaki menuju Distrik Mbua.
"Setelah kejadian kemarin itu Egianus sempat masuk Wamena. Kemudian dia termonitor ke arah Mbua lagi. Jadi di sini (ada) anak buahnya dan sempalan Kodap di Wamena," katanya.
Kodap adalah istilah yang digunakan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk menandakan kawasan militer kelompok tertentu. Kepanjangannya adalah Komando Daerah Papua.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul TNI Diserang KKB di Nduga, 3 Prajurit Terluka, Diduga Kelompok Egianus Kogoya