Sepak Terjang Zulkarnaen alias Daud, Buron Teroris Bom Bali I yang Menghilang 18 Tahun, Ditangkap

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto Ilustrasi - Tim Densus 88 berhasil meringkus buron Bom Bali I yang menghilang 18 tahun lamanya, Sabtu (12/12/2020)

Nama Ustadz Zulkarnaen alias Arif Sumarsono alias Ustadz Daud sempat lama tenggelam dalam pemberitaan tentang teroris.

Padahal, kabarnya, dia adalah panglima perang di kelompok Jamaah Islamiyah .

Namanya kembali mengemuka setelah gembong teroris Dulmatin ditembak mati polisi.

Pintu rumah sederhana di Dukuh Gebang Kidul RT 14/RW 6, Desa Gebang, Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, itu terbuka lebar. Suasana sepi.

Begitulah suasana di rumah orangtua Arif Sunarso, Hadi Saleh, 63, Selasa (16/3/2010) siang.

Desa tersebut terletak sekitar 30 kilometer dari Kota Solo.

Ketika pintu diketuk, tuan rumah pun keluar dari dalam rumah yang terbuat dari kayu tersebut, kemudian mempersilakan wartawan Surya duduk di kursi ruang tamu.

Tak selang lama, istri Hadi Sholeh, Ny Aminah, 60, juga keluar dari bagian dalam rumah.

Hadi Saleh, pensiunan guru, kini bekerja sebagai petani. Adapun Aminah sehari-hari berdagang pakaian di pasar-pasar.

Dia biasa berjualan di berbagai pasar, tergantung hari pasaran tertentu. Jika situasi pasar sepi, dia membantu suaminya bekerja di sawah.

Meski kedatangan tamu asing, pasangan suami-istri yang baru datang dari sawah itu tampak tidak kaget.

Tak heran, karena sejak bertahun-tahun silam, tepatnya beberapa saat setelah peristiwa bom Bali 1, 12 Oktober 2002, mereka telah mendengar kabar tak sedap bahwa Arif diduga terlibat aksi terorisme. Suami istri berpenampilan sederhana sebagaimana layaknya warga desa lainnya tersebut sudah menduga bahwa tamu mereka pasti akan menanyakan tentang Arif.

Apalagi, Hadi dan Aminah dapat merasakan bahwa selama ini sering ada petugas kepolisian yang menyamar, yang mengintai kediaman mereka.

"Dulu mereka pura-pura berjualan di pojok gang di sana, bawa-bawa bronjong (wadah dari bambu, Red). Suka tanya ini dan itu.

Mereka pikir kami tidak tahu," kata Ny Aminah dalam Bahasa Jawa halus alias krama inggil.

Aminah mengaku tidak takut dan khawatir meski sering diintai polisi.

Karena dia yakin Arif, anak sulungnya, tidak berbuat salah sebagaimana tuduhan polisi.

Aminah juga yakin bahwa dirinya, suaminya maupun seluruh anggota keluarganya tidak pernah terlibat peristiwa kriminal.

"Tidak mungkin anak saya begitu (menjadi teroris, Red). Kalau dia berbuat begitu pastilah sudah kaya, bisa kirim banyak uang ke orangtuanya atau ke istrinya. Nyatanya kami masih miskin seperti ini," katanya dengan nada emosional.

Berbeda dengan sang istri, Hadi Saleh tampak lebih tenang. Pensiunan guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN, setingkat SD, Red) di wilayah Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jateng, ini lebih banyak diam.

"Saya pensiun sejak tiga tahun lalu," kata Hadi, yang mengenakan baju batik dan kain sarung.

Ny Aminah berkali-kali menegaskan keyakinannya bahwa Arif tidak mungkin berbuat jahat dengan menjadi teroris yang tega membunuh orang dengan aksi-aksi pengeboman.

"Tidak mungkin. Mana ada ayat (dalam Alquran) yang membolehkan orang membunuh? Tidak ada," tegas ibu enam anak ini, yang siang kemarin mengenakan kerudung warna putih.

Ketika ditanya apakah dirinya masih berharap bertemu Arif, yang diketahui menghilang sejak tahun 2001 atau sejak sekitar sembilan tahun silam, Aminah langsung menangis. "Saya kira setiap orangtua pasti berharap dapat bertemu lagi dengan anaknya setelah sangat lama tidak bertemu," tuturnya seraya mengusap air mata.
 

BACA BERITA LAIN TRIBUN BATAM DI GOOGLE NEWS

Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Densus 88 Tangkap Buronan Teror Bom Bali I di Lampung Timur

Berita Terkini