"Seperti kontrakan gitu. Kalau kereta lewat rumahnya bergetar,” kenang Rosalia.
“Hanya papa saya yang sering berkunjung ke Jakarta, nengokin Oma."
"Kalau ada papa ada urusan di Jakarta sering menyempatkan ketemu Oma.”
Ia menghabiskan sisa hidupnya hingga meninggal pada 1985 di usia 70 tahun di kawasan kumuh di dekat Stasiun Juanda, Jakarta.
“Saya tidak mau merepotkan bangsa saya, biarlah saya hidup dan mati dalam kesendirian, karena hanya Tuhan yang mampu memeluk dan menghargai gelandangan seperti saya!” ucap The Sin Nio pada majalah Sarinah.
Ho Wan Moy (Tika Nurwati)
Sejak muda, Tika Nuwrwati telah terlibat perjuangan kemerdekaan di Jawa Tengah.
Ia pun mendapat penganugerahan Bintang Gerilya dan Bintang Veteran pasca kemerdekaan.
Keberaniannya, diungkap oleh Lisa Suroso dalam Suara Baru edisi Maret-April 2008 berkat pejuang yang datang padanya, Herman Sarens Soediro dari Kompi Tentara Pelajar Siliwangi.
“Kamu jangan takut. Walaupun kamu perempuan dan Tionghoa, kamu harus berani,” ucap pejuang muda itu pada Ho Wan Moy.
Dorongan itulah yang membuatnya ikut berperan dalam gerilya.
Ia sempat menjadi para pejuang ke tempat persembunyian senjata di Banjar.
Kemudian bergabung Palang Merah Indonesia dan Laskar Wanita Indonesia untuk merawat pejuang yang terluka, mengurusi logistik tentara, dan merangkap sebagai mata-mata.