Saat krisis moneter terjadi pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi tercatat minus hingga 13,16 persen.
Kala itu, utang luar negeri RI pun membengkak.
Per Maret 1998, nilai utang luar negeri mencapai 138 miliar dollar AS, sekitar 72,5 miliar dollar AS adalah utang
swasta yang dua pertiganya jangka pendek,
dengan sekitar 20 miliar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998.
• Warga Batam Jangan Cemaskan Resesi, Kadin Gelar Rapat Kerja Terkait Pemulihan Ekonomi Batam
Kemudian kinerja perekonomian RI mulai pulih setelah masa pemerintahan Orde Baru berakhir.
Hingga kini, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa normal adalah di kisaran 5 persen.
Namun demikian, pandemi Covid-19 yang menghantam baik dari sisi permintaan dan penawaran menyebabkan
Indonesia kembali terperosok ke dalam jurang resesi.
"Namun Indonesia tidak sendiri, banyak negara yang mengalami kontraksi juga sepanjang 2020.
Hampir seluruh negara mengalami kontraksi dalam," ujar Suhariyanto.
BPS mencatat, dari 17 sektor perekonomian, 10 di antaranya menyumbangkan kinerja negatif akibat dampak dari
pandemi.
Namun demikian, ia mengatakan, dampak pandemi yang terdalam sepanjang tahun 2020,
yakni di sektor transportasi dan pergudangan yang mengalami kontraksi hingga 15,04 persen.
• Jika Resesi Ekonomi Menerjang Indonesia, Apa Saja Dampak yang Bakal Terjadi di Masyarakat?
• Pandemi COVID19, 12 Negara Terjun ke Jurang Resesi, Indonesia Diuntungkan Tak Lakukan Lockdown?