Akan tetapi, konsensus ilmiah mengungkapkan bahwa virus corona menyerang sel-sel di hidung yang mendukung sel saraf indera penciuman.
Dilansir dari Nature, 14 Januari 2021; hal ini diungkapkan dalam studi terhadap jenazah Covid-19 yang dilakukan oleh tim peneliti pimpinan Sandeep Robert Datta, seorang pakar neurobiologi dari Harvard Medical School.
Seperti diketahui, virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 menarget reseptor ACE yang berada di permukaan sel.
Nah, sel-sel sustentakular yang berada di hidung rupanya memiliki banyak reseptor ACE2 sehingga rentan diserang oleh virus corona.
Jika terlanjur diserang, sel-sel saraf penciuman di otak yang bergantung pada sel sustentakuler pun kekurangan nutrisi dan tidak bisa bekerja secara optimal.
Akibatnya, kemampuan pasien Covid-19 untuk mencium pun menurun.
• Heboh Sejumlah Warga Bali Kehilangan Indra Penciuman, Dinkes Pastikan Bukan Covid-19
• Daftar 5 Pasien Terpapar Corona di Tanjungpinang, 2 di Antaranya Jalani Isolasi Mandiri
• 232 Pasien Covid-19 di Batam Dipulangkan dalam Sehari, Tingkat Kesembuhan Meningkat
Namun, penelitian di Italia mengungkapkan cara lain virus ini bisa menganggu indera penciuman,
yakni dengan menyerang otak secara langsung.
Tim peneliti menemukan bahwa hilangnya kemampuan mencium dan merasa terjadi ketika molekul penanda peradangan yang disebut interleukin-6 meningkat drastis di dalam darah.
Hal ini dikonfirmasikan dalam studi terhadap jenazah Covid-19 yang menemukan adanya peradangan,
termasuk pembuluh darah bocor, pada struktur otak yang memengaruhi penciuman (bulbus olfaktorius).
Kapan kembali normal?
Untungnya, kemampuan untuk mencium pada pasien Covid-19 bisa kembali dengan sendirinya.
Sebuah studi yang dipublikasikan pada bulan Juli tahun lalu menemukan bahwa 72 persen pasien Covid-19 yang mengalami disfungsi penciuman,
menemukan kemampuan indera penciumannya setelah sebulan berlalu.
• 6 Warga Berusia Lanjut di Batam Terpapar Covid-19, Pasien Corona Baru Tambah 24 Orang