"Karena tidak ada rumah ibadah (masjid) di situ. Akses ke masjid lain cukup jauh. Memang di situ ada jembatan kayu tapi jika melewati tempat itu malam hari, sedikit rawan apalagi untuk anak-anak yang pulang ngaji dan salat.
Apalagi kondisi di malam hari," ujarnya.
Ia bercerita, setelah panitia pembangunan musala terbentuk, pembangunan mulai berjalan pada awal Februari 2019 lalu.
Di pertengahan pembangunan, banyak masalah yang dihadapi pihaknya dari kurangnya pendanaan hingga material.
"Salah satunya ialah membayar tukang yang mengerjakan pembangunan musala. Karena rata-rata donatur memberikan sumbangsih berupa material seperti semen, pasir, besi dan lainnya," ujarnya.
Tetapi hal itu tidak membuat Sahwil kehabisan akal, dan terus berusaha merampungkan pembangunan musala.
Setiap hari libur, warga sekitar juga ikut bergotong-royong membantu pembangunan musala.
"Pandemi Covid-19 membawa berkah tersendiri dari pembangunan musala, di situlah hikmahnya. Dari donatur hingga tenaga tambahan membangun musala juga selalu ada," ujarnya.
Dalam perjalanan pembangunan musala, ada satu kejadian yang paling mengesankan. Seorang perempuan paruh baya datang ke musala membawa sebuah kalung emas dan menginfakkannya untuk pembangunan musala itu.
"Ada seorang ibu-ibu warga perumahan menginfakkan kalung emas warisan orang tuanya dulu. Menurutnya itu harta yang paling berharga yang diinfakkan untuk membangun musala. Hal seperti itu jarang ditemukan saat ini," ujarnya.
Perjuangan membangun musala di komplek perumahan mereka memang menguras tenaga dan pikiran. Namun berkat kekompakan masyarakat sekitar akhirnya musala itu bisa dibangun.
(Tribunbatam.id/Alamudin)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google