'Saya Tidak Sholih, Berharap Barokah Orang Sholih' Ustaz Abdul Somad Minta Gus Ali Tiup Ubun-ubunnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustaz Abdul Somad minta kiai sepuh NU Jawa Timur tiup ubun-ubunnya.

Santri pertama berjumlah sembilan orang pada 1982. Gus Ali mengurus segala keperluannya, mulai dari menyiapkan saran belajar hingga mengajar pada pagi, sore dan malam hari.

Model belajar masih kuno, mereka mendalami ilmu agama saja.

Gus Ali sendiri tidak mengerti dari mana mereka tahu ada aktivitas belajar agama di langgarnya.

“Semuanya takdir, mereka datang begitu saja dari Blora dan Bojonegoro. Saya tidak pernah menyebar informasi seperti pamflet, apalagi ponsel atau internet yang belum ada waktu itu,” kenangnya.

Baik saat santri masuk atau keluar, jumlah mereka bertahan di angka Sembilan.

Para santri pertama itu ngawulo semua, istilah yang dipakai Gus Ali bagi santri yang tidak mampu. Tempat tinggal, biaya hidup dan belajar ditanggung sang kiai.

Sampai saat ini, meski sudah berpredikat modern, santri ngawulo Gus Ali masih banyak, ada puluhan orang.

Tahun berganti, jumlah santri Gus Ali bertambah. Periode 1988 sampai 1990, jumlah santrinya melonjak menjadi 150 orang.

Perjalanan pondok kecilnya memang naik turun. Pada 1998, misalnya, jumlah santri turun meski tidak drastis.

Tantangan terberat dihadapi pada 2005, tetapi pondok masih bisa bertahan dan berkembang. Tepat pada 2010, berdirilah SMP dan SMA Progresif Bumi Shalawat di Lebo.

Sedangkan di Tulangan, diubah Gus Ali menjadi full day school yang sistemnya lebih modern.

Gus Ali juga membeli sebidang tanah di tengah pemukiman warga di Desa Lebo, Kecamatan Sidoarjo Kota.

Butuh sekitar 30 menit untuk sampai ke pondok ini dari pusat Kota Delta. Hanya ada plang sederhana di pinggir jalan yang menunjukkan lokasi pondok.

“Tanpa plang itu, banyak yang nyasar karena pondok saya ini masuk lewat gang sempit,” kata Gus Ali.
Memang benar, untuk mencapai area pondok, Anda harus melewati kampung.

Bagi yang pertama kali datang, mereka tidak akan menyangka di tengah perkampungan itu ada ponpes. Pintu masuk ponpes ini juga tidak berupa gapura besar.

Hanya ada tulisan sederhana yang melekat di tembok pembatas pondok. Masuk area pondok, pandangan kita akan dimanjakan dengan bangunan masjid megah.

Di bagian kanan, rumah sang kiai berdiri. Tepat di samping dan belakang masjid, ada bangunan tiga sampai empat lantai yang merupakan kelas dan ruang asrama.

Desain kompleks pondok ini sederhana, mirip sekolah umum. Di sinilah seribuan santri mengembangkan ilmu agama dan pengetahuan umumnya.

“Mereka belajar dan mengaji, dari sini santri saya lulus dan menyebar ke seantero Indonesia dan luar negeri untuk berkarya,” ungkapnya.

Bagi Gus Ali, tidak ada kebahagiaan lain kecuali melihat santrinya sukses. Hidupnya selalu bahagia karena mengeluti dunia pendidikan.

3. Infakkan anaknya untuk rakyat Sidoarjo

Rencana pencalonan Ahmad Muhdlor Ali sebagai calon bupati Sidoarjo juga Mendapat restu dari ayahnya, KH Agoes Ali Masyhuri, serta sejumlah kiai.

Gus Ali, panggilan KH Agoes Ali Masyhuri memberikan restu kepada putranya tersebut untuk mewujudkan harapan masyarakat Sidoarjo.

"Saya Infakkan putra saya Muhdlor untuk mengabdi pada masyarakat Sidoarjo," kata pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat tersebut.

Mendapat dukungan dan restu dari sang ayah serta para kiai, Gus Muhdlor berjanji akan mengemban mandat tersebut dengan penuh amanah.

Ditanya tentang bayang-bayang sang ayah, Gus Muhdlor menyebut bahwa hal itu tidak bisa dipungkiri. Itu adalah pemberian dari Tuhan.

"Itu given. Jadi tidak bisa dipungkiri," jawab Muhdlor.

Tapi disebutnya, emas itu ditaruh di manapun tetap berharga. Di selokan atau di istana, emas tetaplah barang yang berharga.

Analogi tersebut dirasa relevan. Anak kiai atau anak siapapun, ketika punya kemampuan, punya leadership yang bagus, dan skil mumpuni, tentu layak.

"Leadership itu bakat dan bawaan. Artinya kami benar-benar bisa dan mampu, bukan hanya mengandalkan orang tua," katanya.(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)

baca berita terbaru di google news

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul TERJAWAB, Tujuan Ustaz Abdul Somad Buka Peci, Minta Kiai Sepuh NU Jatim Tiup Ubun-ubunnya 'Barokah'

Berita Terkini