HUMAN INTEREST

KISAH Hidup Maurien Nugraha Timisela Hingga Abdikan Diri Jadi Pelayan Tuhan

Penulis: Yeni Hartati
Editor: Septyan Mulia Rohman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KISAH Hidup Maurien Nugraha Timisela Hingga Abdikan Diri Jadi Pelayan Tuhan. Foto Maurien Nugraha Timisela, Jumat (2/4/2021).

KARIMUN, TRIBUNBATAM.id - Pendeta Maurien Nugraha Timisela tampak berbeda dibanding pendeta lainnya.

Jelas saja, sebab wanita 48 ini merupakan satu-satunya pendeta perempuan di gereja GPIB Ora Et Labora Kecamatan Meral, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepri.

Lingkungan agama yang kuat memang sudah lekat dengan Maurien sedari kecil.

Lahir dari keluarga sederhana Maurien kecil selalu rajin beribadah, hingga aktif dalam kegiatan gereja sampai sekolah Minggu.

Menjadi pelayan Tuhan mulai mantap menjadi pilihan hidupnya ketika sering ditanya soal cita-citanya oleh kedua orang tuanya.

Bandar udara Raja Haji Abdullah (RHA) Sei Bati, Pamak Kecamatan Tebing kini menampilkan spot foto dengan ikon Karimun yaitu Coastal Area. (TRIBUNBATAM/YENI)

Ia sempat bingung ketika Sang Ayah yang kerap bertanya mengenai cita-citanya.

Niat bulatnya untuk menjadi pelayan Tuhan itu, ia sampaikan kepada ayahnya yang kini sudah tenang di Surga ketika Maurien di bangku SMA.

Sejak saat itu, Sang Ayah menjaga pergaulannya dengan ketat.

Termasuk dengan lawan jenis, cara berpakaian, apalagi melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.

Bertambah usia remaja dan memasuki dunia perkuliahan, ia memutuskan untuk kuliah di salah satu Universitas ternama di kota Makasar dengan mengambil jurusan Teologi.

Takdir Tuhan berkata lain. Sang Ayah yang selama ini mendorong dan mendukung Maurien sedari remaja untuk membantu mewujudkan cita-citanya, tak sempat melihat anaknya menjadi seorang Pendeta.

Maurien Nugraha Timisela tak mau terus menerus berlinang duka.

Setelah kepergian Sang Ayah, ia pergi ke gereja GPIB pusat.

Anggota Sat Binmas Polres Tanjungpinang, Briptu Veranika Sumantri menggendong bayinya yang berusia 9 bulan saat pengamanan (Pam) Natal, di Gereja GPIB Pawartajati, Kamis (24/12/2020) malam. (TRIBUNBATAM.id/MOMENTUM JALINAN SIMANJUNTAK)

Di gereja inilah, ia memulai perjalanan hidupnya menjadi seorang pelayan Tuhan.

Sebelumnya, ia harus melewati beberapa tahapan yang mengharuskan ke Depok, Provinsi Jawa Barat dan Pangkal Pinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama dua tahun.

Dan untuk pertama kalinya menjadi pendeta, ia di tempatkan di Siantar, Provinsi Sumatra Utara tahun 2003.

Menurutnya, pendeta ini bukan hanya cita-cita atau pekerjaan.

Namun ini adalah sebuah pengabdian kepada Tuhan yang dibutuhkan sebagai umat Allah.

"Ini bukan sesuatu yang dikejar, namun ini adalah nikmat yang Allah beri untuk keselamatan umat," ucap Maurien, Jumat (2/4/2021).

Selama menjadi pendeta kurang lebih 20 tahun lamanya, tentu adanya lika-liku, salah satunya pendeta yang merupakan pelayan Tuhan siap kapanpun untuk dibutuhkan oleh jemaat.

"Kami harus selalu standby kapanpun, jam berapapun, harus siap sewaktu-waktu entah itu pagi ataupun malam, tidak mengenal waktu," tambahnya.

Baca juga: Polres Bintan Jaga 43 Gereja saat Paskah, Jamin Rasa Aman Umat Kristiani

Baca juga: BEGINI Ketatnya Pengamanan Gereja di Kepri saat Jumat Agung, Ratusan Personil TNI/Polri Disiagakan

Kepala sekolah SMP Immanuel Potersely Boruthnaban menyalakan lilin pada acara Natal Bersama SMP Immanuel Batam di Gereja GPIB Immanuel Batam, Senin (10/12/2018) (dok SMP Immanuel Batam)

Selain itu, peran keluarga yang harus siap menerima konsep sebagai pelayan tuhan.

Sementara, bahagianya menjadi pelayan tuhan yaitu dapat mengenal dan bertemu banyak orang, mulai dari masyarakat paling bawah hingga tertinggi.

Untuk mengenali karekter seseorang juga lebih mudah, sehingga profesi pendeta ini secara umum dapat menjadi motivator yang di butuhkan jemaat semua kalangan.

Namun, saat ini Ibu dari dua anak ini mengharuskan bolak-balik Karimun-Batam bahkan sebaliknya.

Karena suami dan anaknya yang tinggal di Kota Batam.

Dengan profesi yang ia tekuni menjadi pelayan tuhan yang selama ini dinas di Karimun, sudah ia jalani selama tiga tahun terakhir.

Sementara, tugas pendeta di gereja GPIB yang berpusat di Jakarta selalu dimutasi setiap periode yang biasanya per lima tahun.

Namun berbeda dengan pendeta Maurien masa tugas yang belum selesai selama lima tahun, tetapi telah di pindahkan.

Sebagai motivasi, beliau selalu membawa firman Tuhan yang berbunyi, Jika kita bekerja, bekerjalah seperti untuk tuhan bukan untuk manusia.

"Apabila bekerja untuk manusia pasti nantinya akan kecewa.

Berbeda jika bekerja dan melakukan yang terbaik untuk tuhan maka Tuhan akan menyempurnakan," ujarnya. (TribunBatam.id/Yeni Hartati)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Tentang Karimun

Berita Terkini