BINTAN, TRIBUNBINTAN.com - Mengambil keputusan untuk berhenti dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan berkarier di dunia politik bukanlah hal mudah.
Banyak pertimbangan yang harus dipikirkan. Hal inilah yang dialami Dedy Saputra, Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu (LPP) DPC PKB Kota Tanjungpinang.
Sebelumnya, Dedy pernah menjadi seorang PNS. Jabatan terakhirnya sebagai Kepala Seksi di Dinas Pariwisata Provinsi Kepri.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang Dedy Saputra dan bagaimana nasibnya setelah tak lagi jadi PNS, simak bincang-bincang TribunBatam.id dalam program News Webilog Tribun Batam edisi Rabu (14/4/2021) bersama Dedy Saputra.
Tribun Batam (TB), Dedy Saputra (DY).
Baca juga: Bebaskan Anak Dari Ancaman Stunting, Apa Itu Stunting dan Penyebabnya? Simak di Sini
Baca juga: 141 CPNS Anambas Ikuti Latihan Dasar, Gunakan Pola Baru, Dulu Dikenal Prajabatan
TB: Bagaimana perasaan setelah tidak lagi menjadi aparatur negara atau PNS?
DY: Tentunya berbeda perasaan saya ketika saya dulu menjadi aparatur negara, khususnya ketika saya berkarier PNS di Pemerintahan Provinsi Kepri.
Bedanya, ketika saya jadi PNS orientasi bekerja sehari-hari saya lebih banyak mengikuti hal-hal yang sifatnya administratif pemerintahan.
Termasuk di dalamnya mulai dari penyiapan program, pelaksanaannya hingga sampai pertanggung jawaban itu kita lakukan. Tentu anggaran pemerintah yang diambil dari rakyat.
Berbeda dengan kondisi sekarang. Yang saya lakukan sekarang wiraswasta. Dimana uang-uangnya, uang kita perusahaan sendiri kita gunakan untuk kepentingan usaha. Itu yang membuat perbedaan yang paling jelas bagaimana beraktivitas di pemerintahan dan swasta.
Yang pasti lebih tenang saya mengerjakannya sekarang. Sebab kalau dulu kita kerja pakai deadline. Misalnya pekerjaan ini diselesaikan di bulan September, di mulai nanti persiapannya di awal tahun sampai September diselesaikan.
Terus kita harus pertanggung jawabkan di bulan Oktober harus selesai semua segala macam administrasi. Dimana harus bertemu ini, tanda tangan ini, itu yang membuat sangat sibuk.
TB: Alasan berhenti dari PNS?
DY: Alasan berhenti dari PNS itu sebenarnya panjang ceritanya. Dimana saya selesai sekolah SMA dulu, saya ingin berkarier atau bekerja di suatu tempat dimana langsung saya bisa mengaplikasikan pendidikan saya.
Akhirnya saya memutuskan untuk belajar ilmu pariwisata, dan saya sekolah di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
Tujuannya ketika saya selesai sekolah saya punya keterampilan yang bisa langsung diterapkan. Bisa langsung untuk wiraswasta maupun bisa untuk di perhotelan.
Jadi akhirnya saya sekolah di sekolah perhotelan. Setelah selesai sekolah, saya membuat usaha rumah makan. Yaitu khas makanan Melayu di Tanjungpinang.
Soalnya pada saat itu di Tanjungpinang susah menemukan makanan Melayu.
Misalnya saya rindu makan Lakse bubur pedas, dimana ya? Susah mencarinya. Akhirnya kenapa kita tidak bikin restoran yang jual makanan khas Melayu.
Jadi kalau ada tamu datang, atau pun ada ibu-ibu yang mengidam ingin makanan Melayu langsung ada hari itu. Akhirnya saya buka restoran Melayu yang namanya Melayu Manis tahun 2003.
Kemudian tahun 2005 itu ada penerimaan CPNS pertama Pemerintah Provinsi Kepri. Tahun itu saya tidak ikut tes CPNS, karena saya sangat pesimis kalau saya ikut CPNS.
Karena satu saya tidak pernah meminta orang lain untuk minta tolong diluluskan untuk menjadi PNS.
Kedua, saya sangat membatasi berkolusi atau minta tolong orang untuk menjadi PNS. Sebab orientasi saya saat itu jadi PNS harus ada orang dalam dan kenal.
Pada saat itu saya kepikiran jadi PNS itu sulit karena harus mengenal orang dalam, tetapi pas hasil penerimaan CPNS itu keluar, saya lihat banyak teman-teman saya yang lulus pada tahun 2005 yang latar belakang keluarganya tidak berhubungan birokrasi.
Jadi banyak orang umum yang diterima saat itu, sehingga saya optimis kalau perekrutan PNS seperti ini akan menghasilkan PNS-PNS yang berkualitas.
Di tahun 2006 ada penerimaan CPNS yang kedua. Di sanalah saya kepikiran untuk mencoba. Karena teman-teman sekolah saya banyak yang lulus CPNS tahun 2005 tanpa melalui proses kolusi atau dengan cara yang murni.
Akhirnya saya tes tahun 2006, dan kebetulan formasinya ada. Akhirnya lulus dari 200 orang di dalam formasi, saya termasuk 8 orang yang lulus CPNS itu.
Sehingga benaran masuk jadi PNS, dan saat itu saya masih buka usaha. Di sana langsung saya coba dan kalau misalnya saya rasa baik berkarier di birokrasi saya lanjutkan.
Namun, kalau lebih baik di luar birokrasi maka saya akan putuskan berhenti.
Jadi seperti orang bilang, ucapan adalah doa. Sehingga tanpa disadari pada saat itu sudah memutuskan jika saya cocok di birokrasi maka saya akan lanjutkan.
Namun jika tidak cocok, saya harus memutuskan berhenti.
TB: Bukan karena ada tekanan sehingga memilih berhenti jadi PNS?
DY: Setelah saya lihat kondisi, ternyata benar. Dalam lingkungan birokrasi Pemerintahan Daerah itu sedikit banyak ada masalah bagi saya.
Sebab kita bisa lihat sekarang kondisi dimana PNS-PNS ini bekerja namun pengukurannya belum tentu dengan skala kinerja yang mereka lakukan selama ini.
Bisa saja ukuran skala kinerja mereka berdasarkan kedekatan, kepentingan politik dan seterusnya.
Mungkin jadi rahasia umum, dimana-mana Pemda manapun itu ketika terjadi perpindahan atau penggantian kepala daerah, unsur politisnya sedikit banyak mempengaruhi kinerja ASN di bawahnya.
Contohnya saja, ketika terjadi mutasi ataupun perubahan kebijakan itu terjadi ketika penggantian kepala daerah.
Seperti di Jakarta, ketika Pak Ahok itu menjadi Gubernur banyak pejabat-pejabat daerahnya yang diganti oleh Pak Ahok. Sementara ketika Pak Anies Baswedan menjadi Gubernur hal yang sama juga terjadi.
Orang-orang yang dulu diganti Pak Ahok dikembalikan kondisinya oleh Pak Anies Baswedan.
Itulah hal-hal yang membuat tidak nyaman PNS kerja. Ketika saya kerja, saya menunjukkan kinerja. Tetapi cara kedekatan, saya tidak dekat dengan unsur pimpinan daerah.
Maka yang saya rasakan adalah saya tidak akan bisa bersaing dengan orang-orang yang mempunyai kedekatan kepada para politisi secara pribadi dengan unsur pimpinan daerah.
Itulah jadi salah satu alasan pertanyaan yang disebutkan tadi. Mungkin ada tekanan sehingga tidak nyaman berada di lingkungan atau di dalam birokrasi.
TB: Apakah tidak menyesal kehilangan gaji dan tunjangan tetap setiap bulan, apalagi Abang sudah belasan tahun menjadi PNS?
DY: Semua keputusan untuk berhenti jadi PNS dan melepaskan pendapatan gaji dan tunjangan untuk keluarga.
Hal ini tentu sudah kita pertimbangkan dan bahas bersama keluarga. Karena kita juga komitmen bahwa kita punya usaha yang harus kita teruskan dengan cita-cita yang besar intinya.
Tentu pertimbangan-pertimbangan seperti itu akan menjadi sesuatu yang lebih bernilai untuk masa depan kedepannya dibanding yang didapatkan dari gaji bulan tersebut.
Risiko-risiko yang saya bilang tadi ketika bekerja, terus ada kondisi-kondisi tertentu seperti politik dan kepala daerah yang mempengaruhi kinerja kita di dalam birokrasi itu.
TB: Sebelum melangkah untuk berhenti jadi PNS, apakah ada reaksi sang istri untuk memberikan saran dan masukan agar tidak berhenti?
DY: Tentu saja ada, karena istri saya juga PNS. Jadi awalnya itu harus kita bahas bersama. Saya dan istri punya kesamaan. Dulu kita sebelum PNS sama-sama di swasta dan sama-sama berwiraswasta.
Jadi kita sama-sama punya pengalaman bagaimana kehidupan yang tadi PNS dan bagaimana kehidupan kita berwiraswasta.
Inilah yang kita bicarakan, dengan pertimbangan-pertimbangan yang saya sebutkan tadi bagaimana kalau kita bekerja di birokrasi.
Tantangannya terus juga ada risiko-risikonya. Makanya kita harus memilih awalnya salah satu untuk berhenti dan yang satu meneruskan bisnis usaha dan satu tetap di PNS.
Hal ini karena pertimbangan risiko dan kondisi bekerja, akhirnya sepakat saya sebagai laki-laki berhenti dari PNS dan istri masih PNS.
Ketika saya memutuskan untuk berhenti itu tentu, saya sampaikan juga dengan orang tua, keluarga besar dan istri dan anak-anak saya.
Yang paling pertama mendukung itu adalah istri saya. Selanjutnya saya juga sampaikan kepada anak-anak, bahwa saya akan berhenti dari PNS. Akhirnya anak-anak yang paling senang, karena lebih banyak waktu bersama anak-anak.
Selanjutnya, saya sampaikan ke orang tua, orang tua saya agak lama menerima saya berhenti jadi PNS. Tetapi ayah saya mantan Wakil Wali Kota Tanjungpinang.
Itu salah satu yang mendukung penuh setelah istri saya. Mungkin karena ayah saya seorang birokrat tulen di masa akhirnya menjadi Wakil Wali kota Tanjungpinang, tentu tahu kondisi yang saya alami ketika bekerja sebagai PNS.
TB: Bagaimana rasanya memulai sesuatu dari awal di dunia yang baru? Apa kira-kira tantangan terbesar Abang?
DY: Memulai sesuatu yang baru di dunia politik, kalau bagi saya adalah dunia yang baru ketika berhenti dari PNS.
Tapi karena pemberitaan, walaupun kita baru di dunia politik, kita mengikuti terus perkembangan politik di tanah air dan politik lokal. Pada dasarnya tidak begitu masalah ketika saya memulai di dunia politik setelah keluar dari PNS. Mungkin karena dukungan teman-teman dan masukan Insyallah berjalan dengan baik.
TB: Ketika Abang terjun ke dunia politik, saat hendak terjun ke sana, apakah sudah ada partai politik yang sudah abang tentukan untuk terjun di dunia politik?
DY: Keputusan berhenti ini pada tahun 2018, saya dikenalkan dengan sebuah partai. Pada saat itu partai yang baru untuk terlibat di dalam partai tadi.
Bagi saya tidak ada masalah karena itu partai baru, dan teman-teman yang support untuk berpolitik akhirnya saya memutuskan untuk berpolitik di partai yang baru untuk belajar dari banyak hal administrasi politik.
Terus juga bagaimana kita berhubungan dengan masyarakat dan seterusnya.
Jadi mengapa saat itu saya memilih di partai politik yang baru, karena kita sama-sama belajar di sana. Saya banyak ketemu orang baru di dunia politik dan kemungkinan belajar politik itu lebih murni dan lebih dalam.
TB: Apa kenikmatan yang dialami ketika berkecimpung di dunia politik sementara di sisi lain posisi ini tidak mendatangkan uang secara langsung bagi diri sendiri dan tentunya keluarga?
DY: Saya melihat partai poltik sesuatu yang bisa dijadikan tempat mengabdi, tempat belajar kepemimpinan, belajar administratif, belajar berpolitik dan juga sebagai wadah untuk bertemu dengan masyarakat langsung.
Dulu ketika dunia saya di birokrasi, mungkin saya punya peluang yang kecil untuk berbagi langsung dengan masyarakat. Salah satunya berbagi gagasan , mendengarkan kecil kemungkinannya.
Ketika kita di birokrasi hal yang lebih banyak kita lakukan adalah mendapatkan instruksi. Jadi polanya dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas.
Kalau kita di dunia politik, bersyukur kita punya kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat. Dimana masyarakat bisa langsung menyampaikan pendapat dan gagasannya kepada partai-partai politik. Kita juga mempunyai kesempatan untuk memperjuangkan aspirasi mereka. Misalnya melalui anggota dewan yang berasal dari politik kita.
Ataupun melalui mekanisme-mekanisme yang diadakan oleh Pemerintah.Itulah bagi saya sesuatu kelebihan yang bisa saya dapatkan ketika saya berada di partai politik.
TB: Saat ini apakah masih berada di partai politik tersebut atau ada rencana untuk berpindah ke partai politik lain?
DY: Saya masih di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Saya di percaya PKB menjadi ketua di Lembaga Pemenangan Pemilu (LPP) DPC PKB Kota Tanjungpinang.
Saya merasa terpanggil oleh teman-teman DPC PKB Tanjungpinang untuk bersama-sama membesarkan PKB, karena PKB Tanjungpinang ini punya potensi yang besar memajukan milenial atau anak-anak muda Kota Tanjungpinang karena anggota Dewan kita di DPRD Kota Tanjungpinang berasal dari milenial-milenial Kota Tanjungpinang dan umur mereka tidak lebih dari pada 30 tahun.
Ke depannya saya pikir anak-anak muda Tanjungpinang akan mudah diterima dan mudah diserap aspirasinya melalui PKB ini.
Termasuk saya yang lebih banyak konsen ke pemberdayaan anak muda dan tertarik untuk bergabung dengan teman-teman di PKB.
Mengapa saya konsen di wadah perpolitikan di PKB, kita akan buat PKB notabenenya seperti anak kandung yang dilahirkan oleh ormas NU.
Biasanya anak-anak muda melihat ini adalah kumpulan-kumpulan ulama dan orang-orang tua, tapi ini berbeda.
Kondisi sekarang berbeda, bahwa partai politik adalah milik semua orang. Lintas golongan, lintas agama dan juga lintas usia.
Teman-teman milenial langsung dicontohkan PKB pada saat itu kita mengusung beberapa milenial dan mereka duduk di DPRD Kota Tanjungpinang.
Saat ini juga mereka konsen tentang pembangunan sumber daya manusia anak muda Tanjungpinang.
TB : Jika kaum milenial ingin masuk di dunia politik apa motivasi dan gambar yang bisa diberikan kepada kaum melenial?
DY: Kita pada saat ini berada pada bonus demografi, dimana jumlah milenial itu hampir 40 persen adalah penduduk dunia, termasuk Indonesia.
Mereka ini adalah calon-calon pemimpin masa depan, dan mereka adalah calon-calon pemimpin politik dan pemimpin birokrasi masa depan. Sehingga mereka harus kita persiapkan untuk menjadi pemimpin.
Mereka tidak boleh terlena dengan kehidupan, misalnya bersenang-senang ataupun ngopi sana sini.Tapi mereka harus punya visi ke depan menjadi pemimpin bagi daerahnya dan bagi bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu, saya ingin mengajak atau pun memberikan suatu gambaran kepada teman-teman milenial bahwa lakukanlah hal-hal yang baik dimulai dari sekarang dengan kapasitas dan kemampuan kita untuk punya daya saing yang tinggi ketika kita berada di masa depan.
Bagi teman-teman milenial yang tertarik di dunia birokrasi silakan, dalami ilmu-ilmu birokrasi. Jadilah birokrasi yang baik dan melayani.
Sementara itu bagi teman-teman milenial yang tertarik di dunia politik silakan berkarierlah di dunia politik, belajarlah bagaimana mengelola politik dan partai politik dengan baik.
Sehingga nanti akan muncul pemimpin-pemimpin politik dan pemimpin birokrasi yang orientasinya melayani kepada masyarakat.
Apalagi saat ini teman-teman milenial dekat dengan dunia teknologi. Hal inilah yang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh teman-teman anak muda sekarang.
Sebab dalam situasi Covid-19 saat ini, teknologi sudah menjadi peran yang sangat penting.
Contoh yang kita lakukan sekarang berkomunikasih melalui jarak jauh melalui teknologi.
Maka dari itu teman-teman milenial harus mendalami hal yang seperti ini. Karena dalam jangka waktu beberapa tahun kedepan semua perangkat-perangkat ini tentu akan kita ubah melalui teknologi.
Jadi saran saya buat teman-teman generasi muda ke depan, kalau mau berkarier di dunia politik silakan dan di birokrasi silakan.
Tapi tetapkan pendirian bahwa hal yang kita lakukan sekarang baik untuk kita, keluarga, masyarakat dan baik juga untuk masa depan.
TB: Kira-kira apa target terbesar Abang saat jadi politisi saat ini setelah keluar dari lingkaran PNS?
DY: Kalau secara kepartaian, tentu kita akan menambah anggota legislatif yang saat ini dua orang duduk di DPRD Kota Tanjungpinang akan kita pertahankan dan kita tambah lagi formasi.
Tentu dengan kerja keras dan program yang akan kita susun nantinya, termasuk salah satu program mendekati kaum milenial. Kebetulan saya fokus di kaum milenial, kita akan membuat program-program yang contohnya lebih menyasar kepada anak muda.
Kita akan lebih banyak bergerak di literasi digital, memperkenalkan bagaimana pemanfaatan digital di dunia ekonomi dan mengajak mereka terlibat di dalam ekonomi digital, sehingga kedepan ketika dunia berubah menjadi dunia digital anak-anak mudah akan lebih siap menghadapi masa depan.
TB: Apa pesan Abang kepada anak-anak muda?
DY: Buat generasi muda milenial Kota Tanjungpinang di Provinsi Kepri agar terus menggali potensi. Jangan terlena dengan kondisi zaman.
Belajarlah hal-hal baru karena kita tidak tahu kedepannya seperti apa. Kita juga tidak tahu nanti, apakah pandemi ini segera berlalu akan terus berlanjut.
Kita harus persiapkan dengan matang dari segi ilmu pengetahuan, pengalaman, koneksi itulah yang harus kita persiapkan.
Jadi jangan terlena kondisi sekarang lebih banyak bermain, melakukan hal- hal yang kurang bermanfaat di kurangi karena potensi diri kita itu akan kita lihat ketika kita berada di masa depan.Saat itulah kita memanfaatkan apa yang kita punya sekarang agar bermanfaat untuk orang banyak.
(tribunbatam.id/Alfandi Simamora)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang News Webilog Tribun Batam