“Manajemen markas pusat KOMNAS TPNPB telah terima laporan bahwa guru Sekolah Dasar yang ditembak mati di Beoga itu adalah mata-mata TNI/Polri."
"Yang telah lama diidentifikasi oleh PIS TPNPB, oleh karena itu tidak ragu-ragu ditembak oleh pasukan TPNPB,” ujar Juru Bicara OPM Sebby Sembon melalui keterangan tertulis, Selasa (13/4/2021).
Menurutnya, semua orang Indonesia yang bertugas di wilayah Pegunungan Papua, banyak yang menjadi mata-mata pihak keamanan Indonesia.
“Kami perlu sampaikan kepada semua orang Indonesia yang bertugas di daerah perang di wilayah Pegunungan Papua."
"Bahwa PIS telah dan sedang identifikasi bahwa semua orang imigran yang bertugas di wilayah Pegunungan Tengah Papua, hampir kebanyakan anggota intelijen atau mata-mata TNI/Polri."
"Yang menyamar sebagai tukang bangunan, tukang sensor, guru, mantri, petugas distrik, dan lain-lain,” kata Sebby.
Untuk itu, katanya, bila bertugas di daerah perang, jangan menjadi mata-mata.
“Oleh karena itu kami mengimbau bahwa jangan menjadi mata-mata TNI/Polri, jika anda bertugas di daerah perang,” tegasnya.
Menurut laporan TPNPB Kodap VIII Intan Jaya pimpinan Gusby Waker, guru SD yang ditembak di Distrik Beoga Kabupaten Puncak adalah intelijen TNI-Polri.
“Gusby Waker melaporkan bahwa pasukannya menembak mati seorang guru di Beoga karena murni intelijen (mata-mata) TNI POLRI."
"Ini sesuai laporan PIS TPNPB Kodap VIII Intan Jaya,” ungkap Sebby.
TPNPB, katanya, tidak akan sembarang menembak bila tidak ada informasi mereka adalah mata-mata.
“Kami juga tidak sembarang tembak masyarakat Papua maupun non Papua."
"Kami sudah tahu kerja TNI POLRI selalu menggunakan tenaga masyarakat sipil maupun PNS atau apa pun statusnya."
"Sebagai mata-mata untuk melacak keberadaan kami, maka sikap kami jelas bahwa kami akan tembak karena mereka adalah musuh kami,” cetus Sebby.