Studi WHO Diragukan Soal Corona! China Dituding Hapus Data Covid-19 Demi Tutupi Pasien Nol

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pakar dari China dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengenakan masker saat mengunjungi Rumah Sakit Wuhan Tongji, pusat wabah virus corona di Hubei, China, 23 Februari 2020.

TRIBUNBATAM.id - Virus corona yang selanjutnya dinamai Covid-19 dan diselidiki Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Wuhan, China tak sepenuhnya mewakili jenis virus yang beredar di bulan-bulan pertama. 

Hasil studi WHO dan para peneliti China soal asal usul virus corona, memicu reaksi keras dari sejumlah negara, terutama Barat yang menyatakan "kurang percaya" akan hasilnya.

Sejumlah negara Barat dikomandoi Amerika bahkan berencana melakukan penyelidikan sendiri terkait asal wabah itu ke China.

Beijing dituding menutup-nutupi pasien nol Covid-19 dengan menghapus data virus corona, demikian temuan dalam sebuah studi dari ilmuwan.

Studi tersebut juga menunjukkan virus corona sudah menjadi bencana sebelum terdeteksi di pasar basah.

INTERNASIONAL - China dicurigai memiliki sedikitnya 50 laboratorium rahasia untuk memproduksi senjata biologis. FOTO: laboratorium P4 (kiri) di kampus Institut Virologi Wuhan di Wuhan di provinsi Hubei tengah China. (AFP via Kompas)

Sekadar informasi, laporan ini muncul setelah ilmuwan Inggris yang mencoba membungkam teori kebocoran lab Wuhan dikeluarkan dari komisi PBB yang menyelidiki asal-usul Covid-19.

Dr Peter Daszak dikeluarkan dari penyelidikan Lancet yang didukung PBB karena ia berulang kali mengabaikan tuduhan bahwa virus corona hasil kebocoran Institut Virologi Wuhan (WIV).

Baca juga: CHINA Gusar Teori Covid-19 dari Lab Wuhan Mencuat, Jika Terbukti Xi Jinping Bisa Lengser?

Dr Daszak adalah presiden dari EcoHealth Alliance, organisasi berbasis di AS yang diketahui menyalurkan uang pembayar pajak ke WIV untuk melakukan penelitian fungsi virus corona dari kelelawar.

Pria berusia 55 tahun itu memiliki hubungan dekat dengan kepala lab Dr Shi Zhengli yang berjuluk Batwoman.

Dr Daszak adalah bagian dari tim WHO yang berkunjung ke Wuhan awal tahun ini.

Dia tetap terdaftar di situs web The Lancet Covid-19 Commission, tetapi profilnya diperbarui untuk menunjukkan kepergiannya.

Di bawah foto dan biografinya sekarang tertulis, "Dicabut dari pekerjaan Komisi tentang asal usul pandemi".

Pakar dari China dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengenakan masker saat mengunjungi Rumah Sakit Wuhan Tongji, pusat wabah virus corona di Hubei, China, 23 Februari 2020. (CHINA DAILY/REUTERS via VOA INDONESIA)

Adapun laporan terbaru soal corona yang ditutupi China, telah dimasukkan dalam makalah penelitian, "Pemulihan data sekuensing mendalam yang dihapus menyoroti lebih banyak tentang epidemi SARS-CoV-2 Wuhan awal."

Makalah ini disusun Jesse Bloom, profesor di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutch yang berbasis di Seattle, Amerika Serikat (AS).

Kumpulan data yang berisi urutan SARS-CoV-2 dari awal epidemi Wuhan dihapus dari Arsip Baca Urutan Institut Kesehatan Nasional, menurut makalah yang keluar pada Rabu (23/6/2021), dikutip dari The Sun.

"Saya memulihkan file yang dihapus dari Google Cloud, dan merekonstruksi sebagian urutan dari 13 virus epidemi awal," tulis Prof Boom dalam abstrak laporan tersebut.

Baca juga: Asal Usul Virus Corona? Wanita Kalelawar Bicara Kebocoran Lab Wuhan, AS Prihatin Studi WHO

Dia tidak menemukan alasan masuk akal untuk file hilang yang dihapus, dan penjelasan paling mungkin menurutnya, adalah China menghapusnya untuk mengaburkan keberadaan mereka.

"Sampel dari pasien rawat jalan awal di Wuhan adalah tambang emas bagi siapa pun yang ingin memahami penyebaran virus," tulisnya.

"Tidak ada alasan ilmiah yang masuk akal untuk penghapusan: urutannya sangat sesuai dengan sampel yang dijelaskan dalam Wang et al.

Oleh karena itu, tampaknya urutan itu dihapus untuk mengaburkan keberadaannya."

.

.

.

Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google

(*/ TRIBUNBATAM.id/ Kompas.com)

Berita Terkini