TRIBUNBATAM.id - Selama lebih dari 3.000 tahun, Mesir (Egypt) adalah peradaban besar yang berkembang di sepanjang tepi Sungai Nil
Sungai Nil merupakan sungai dengan aliran terpanjang di dunia dan sering disebut sebagai bapak sungai di benua Afrika.
Nama Nil berasal dari bahasa Yunani Neilos (Latin: Nilus), kemungkinan berasal dari akar bahasa Semit naḥal, yang berarti sebuah lembah atau lembah sungai.
Keberadaan sungai nil tidak dapat dipisahkan sejak peradaban besar Mesir kuno.
Dari lembah sungai inilah peradaban Mesir kuno sejak era Firaun berkembang.
Banyak kisah, cerita, mozaik, catatan menarik diungkap arkeolog dan sejarawan mengenai mesir kuno di zaman Firaun (Pharaohs).
Dalam alkitab Ibrani, Mesir diceritakan sebagai tempat orang-orang Yahudi awal memulai perjalanan untuk memasuki tanah perjanjian, tanah Kanaan.
Alkitab Ibrani menceritakan tentang perbudakan anak-anak Israel oleh Fiaruan Mesir yang sangat berkuasa sehinggga mengakibatkan eksodus besar-besaran ke tanah Kanaan.
Iistilah Firaun atau pharaoh, dilansir dari laman britannica, kata itu secara etimologi berarti "rumah besar".
Makna aslinya adalah istana kerajaan.
Oleh orang di jaman modern, istilah Firaun secara metonimi dipakai untuk menyebut raja Mesir di bawah Kerajaan Baru (dimulai pada dinasti ke-18, 1539–1292 SM), dan pada dinasti ke-22 (c. 945–c. 730 SM).
Orang Mesir kuno sendiri tidak menggunakan kata Firaun untuk menyebut raja mereka.
Dalam sejarah, banyak Firaun yang pernah berkuasa di Mesir. Kekuasaan mereka ada yang panjang ada yang singkat.
Salah satu firaun yang cukup terkenal bernama Hatshepsut.
Sesuai namanya, Hatshepsut bukan laki-laki, melainkan firaun wanita.
Hatshepsut merupakan ratu Mesir selama dinasti Kedelapan Belas.