Dari total responden yang bersedia mendapat vaksin, 48,9 persen responden sudah menerima vaksin, 44,9 pesen belum dan tidak memiliki jadwal vaksin, sementara 6 persen lainnya belum vaksin tapi sudah menerima jadwal vaksin.
Dari data tersebut tampak bahwa lebih dari setengah responden yang bersedia sudah divaksin dan setengahnya lagi belum divaksin.
Ayu mengatakan, sebagian besar ODHA yang sudah divaksin tidak mengalami gejala berat. Hanya sekitar 3,3 persen yang mengaku mengalami gejala berat.
Dari data yang dipaparkan Ayu juga tampak bahwa masih ada 164 orang atau 14,4 persen responden yang belum vaksin karena khawatir dengan riwayat penyakit penyerta yang dimilikinya.
"Karena ini bentuknya survei, bukan fgd (forum group discussion) yang digali mendalam. Ada kekhawatiran dari teman-teman yang melakukan survei, teman-teman dengan HIV ini belum memahami bahwa HIV bukan penyakit penyerta," ungkapnya.
"Jadi ada kekhawatiran mereka belum memahami, sehingga mereka punya kekhawatiran tersebut."
Baca juga: Reisa Broto Asmoro Jelaskan Cara Kerja Vaksin Covid-19 untuk Anak dengan Dewasa
Kemudian 110 orang atau 9,7 persen responden mengaku tidak menerima informasi jelas terkait pemberian vaksin Covid-19.
"Masih ada informasi simpang siur yang diterima, ada yang soal efek samping, ada yang bilang orang dengan HIV tidak boleh vaksin, dan lain sebagainya. Jadi memang masih simpang siur, sampai saat ini informasinya tidak clear," kata Ayu.
Sementara ODHA yang sudah divaksin, 354 atau 31,1 persen responden mengaku menerima vaksin karena kesadaran diri.
Karena sudah terinfeksi HIV, di mana daya tahan tubuh melemah, membuat kesadaran diri meningkat untuk melindungi diri dari Covid-19.
Ayu sangat mendorong orang yang hidup dengan HIV/AIDS untuk menerima vaksin Covid-19, karena sudah teruji keamanannya.
Baca juga: Kabinda Kepri Targetkan Semua Anak Kepri Dapat Vaksin: 6000 Pelajar Selama dua Hari
Riset WHO
Produk vaksin yang tersedia saat ini bukanlah vaksin hidup, melainkan termasuk materi genetik dari SARS-CoV-2 yang tidak dapat direplikasi.
Oleh karena itu, vaksin ini diperkirakan aman pada orang yang kekebalannya terganggu.
Selain itu, tidak ada interaksi farmakologis yang dilaporkan antara vaksin Covid-19 dan obat antiretroviral (ARV) yang harus terus dikonsumsi oleh orang yang hidup dengan HIV setelah vaksinasi untuk menjaga kesehatan.