LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Permainan gasing kini mengantongi hak paten milik Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri.
Hal itu sebelumnya Pemerintah Kabupaten Lingga menerima sejumlah perhargaan Kekayaan Intelektual Komunal dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Republik Indonesia, beberapa waktu lalu.
Ada pun salah satu perhargaan itu, berupa Pencatatan Inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional, berupa Gasing Lingga.
Penghargaan tersebut diberikan terkait Hak Cipta dalam rangka perlindungan Pengetahuan Tradisonal (PT) perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional (EBT).
Gasing Lingga sendiri pun merupakan salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) sejak tahun 2019.
Gasing sendiri merupakan sebuah benda yang terbuat dari kayu yang dipilih dan dibentuk sedemikian rupa, hingga bisa berputar ketika dimainkannya.
Permainan Gasing di Lingga sendiri merupakan permainan yang memiliki karateristik dan ciri khas tersendiri, yang berbeda dengan gasing daerah lain di Provinsi Kepri.
Permainan gasing terdapat di semua daerah Kabupaten Lingga.
Khususnya di Daik Lingga memiliki karakteristik tersendiri, yang berbeda dengan permainan gasing di daerah lainnya, baik dari segi bentuk maupun cara memainkannya.
Baca juga: Kapal PELNI Berlayar Lagi dari Pelabuhan Sri Bayintan Kijang, KM Umsini Masuk 6 Oktober
Baca juga: PENGAKUAN Keluarga Soal Kabar Penemuan Zainudin yang Hilang
Permainan gasing ini memiliki banyak manfaat, tidak saja melatih fisik dan konsentrasi dalam memainkan gasing, tetapi terkandung nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini melalui sebuah permainan.
Di antaranya nilai kebersamaan, nilai kejujuran, nilai sportifitas, dan banyak lagi nilai positif yang dapat ditanamkan dalam permainan Gasing Lingga.
Untuk membuat gasing dibutuhkan beberapa buah alat, dilakukan secara tradisional tentunya dengan peralatan sederhana atau dengan alat yang sederhana.
Adapun alat atau bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan gasing, yakni parang, Kapak kecil, pisau, bubut atau larik, pahat, kikir, gergaji, kayu Tempinis atau kayu lainnya.
Terdapat tiga jenis dalam permainan Gasing Lingga, yakni Gasing pemangkah atau pemukul, gasing pemasang atau penahan, dan gasing uri atau beraje.
Setiap jenis pun memiliki fungsi tersendiri, yang tidak dapat dimainkan asal-asalan, sesuai dengan ketentuan permainan Gasing Lingga.
Permainan ini pun pada umumnya dimainkan oleh anak laki ataupun orang dewasa, baik itu secara perorangan maupun kelompok.
Pemerhati sejarah dari Staf Dinas Kebudayaan Lingga, Lazuardy menjelaskan, bahwa permainan gasing pada zaman Sultan terakhir merupakan permainan anak bangsawan.
Selain itu, beberapa gasing juga dimainkan oleh masyarakat kampung dari dulu.
"Cuma yang menjadi perbedaan, dulunya permainan di istana dipakai oleh anak-anak istana dengan pakaian baju kurung yang sering dipakai dulu.
Kalau masyarakat awam hanya memakai pakaian pada umumnya, ada yang memakai kain dan sebagainya," kata Lazuardy kepada TribunBatam.id.
Lazuardy mengungkapkan, bahwa peminat permainan gasing ini sangat banyak.
Bahkan sejauh ini, permainan gasing ini sudah dikenal di seluruh wilayah Kabupaten Lingga.
Ia mengungkapkan, dengan majunya perkembangan teknologi, gasing sendiri pun sekarang dibuat dengan cepat menggunakan mesin.
Selain itu, dengan akses yang dimiliki, masyarakat setempat pun bisa mendapatkan bahan kayu untuk pembuatan gasing dengan mudahnya.
"Baik itu kayu tempinis, kayu mentigi, masyarakat bisa menggunakan akses yang cepat seperti alat pemotong sinso, tidak seperti dulu hanya menggunakan kapak," ucapnya.
Ia melanjutkan, Dinas Kebudayaan bersama Lembaga Adat Melayu pun sering menggelar sebuah kompetisi adu gasing kepada masyarakat, dengan ia sebagai salah satu jurinya.
Namun yang menjadi kendala, pecinta sejarah Lingga ini mengaku bahwa pihaknya tidak mempunyai arena yang tetap untuk menggelar pertandingan adu gasing.
Sehingga, ia pun mengaku pertandingan gasing sering dilakukan secara berpindah tempat.
Ia menjelaskan, bahwa ilai positif dari permainan gasing, yakni butuh konsentrasi yang kuat, pemain harus menjaga kekompakan, dan berhati-hati dalam bermain.
"Bahkan dalam kehidupan sehari-hari diibaratkan seperti hidup kita yang terus berputar seperti gasing, kita harus bersemangat, harus berenergi, dan selalu riang gembira," tutur Lazuardy. (TRIBUNBATAM.id/Febriyuanda)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google