TRIBUNBATAM.id - Istilah travel bubble jadi isu yang kerap dibicarakan, terutama bagi orang-orang yang kerap melakukan perjalanan luar negeri.
Indonesia mulai hari ini, Senin (24/1/2022) resmi memulai aturan travel bubble, untuk wilayah Batam dan Bintan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Travel bubble dapat menunjukkan apakah pergerakan kembali aman dilakukan oleh orang-orang.
Menurut para ahli, ini juga sebuah tantangan bagi banyak negara untuk membatasi wabah virus corona.
Secara singkat, travel bubble bisa dimaknakan ketika dua atau lebih negara yang berhasil mengontrol virus corona sepakat menciptakan sebuah gelembung atau koridor perjalanan.
Gelembung ini akan memudahkan penduduk yang tinggal di dalamnya melakukan perjalanan secara bebas, dan menghindari kewajiban karantina mandiri.
Baca juga: Syarat Turis Singapura Masuk Batam-Bintan Hari Pertama Travel Bubble Berdasarkan SE No 3 Tahun 2022
Baca juga: LAGOI dan Nongsa Jadi Area Travel Bubble, Wisatawan Lokal Masih Bisa Masuk?
Langkah tersebut akan memudahkan masyarakat melintasi perbatasan dengan kerumitan minimum.
Perdana Menteri Lithuania, Saulius Skvernelis, menuturkan melalui sebuah pernyataan bahwa travel bubble adalah peluang bagi bisnis-bisnis untuk dibuka kembali.
"(Travel bubble) merupakan secercah harapan bagi orang-orang bahwa hidup akan kembali seperti biasa," tutur Skvernelis, mengutip Forbes.
Melansir VOA News, travel bubble dapat menunjukkan apakah pergerakan kembali aman dilakukan oleh orang-orang.
Senior Associate Professor of Politics and International Studies di International Christian University di Tokyo, Stephen Nagy, menuturkan, negara-negara dalam travel bubble akan membutuhkan cara untuk mengadang warga dari negara-negara ketiga.
Menurutnya, ada kemungkinan warga dari negara-negara tersebut lebih terinfeksi virus corona.
"Saya rasa akan terdapat zona aman yang dibentuk, dan mereka mungkin akan meningkatkan pelacakan kemana orang-orang sudah bepergian, dan melihat ke tiga atau empat destinasi terakhir," ujar Nagy kepada VOA News.
Baca juga: Sandiaga Uno Cek Kesiapan Lagoi Jelang Pemberlakuan Travel Bubble
Baca juga: KAPAN Travel Bubble di Kepri Resmi Dibuka? Ini Jawaban Menparekraf Sandiaga Uno
Chie Executive of Tourism Industry Aotearoa, Chris Roberts, menuturkan, travel bubble antara Australia dan Selandia Baru, misalnya, mungkin akan menjadi rujukan bagi seluruh dunia.
Kendati demikian, Australia dan Selandia Baru, menurut CNN, sama seperti negara lain.
Mereka harus berhati-hati untuk tidak melangkah terlalu cepat dan menciptakan gelombang kedua virus corona.
Jika terlalu cepat, maka hal tersebut akan membahayakan citra kedua negara bagi wisatawan internasional yang memandang mereka sebagai negara bersih dan terpercaya.
Kendati demikian, Executive Director of the Australian Tourism Industry Council, Simon Westaway, dan Roberts tetap penuh harapan.
"Jika rinciannya bisa bekerja di Australia dan Selandia Baru, maka hal tersebut juga bisa diterapkan di tempat lain," kata Roberts dikutip dari kompas.com.
Menurutnya, kedua negara tersebut telah menarik perhatian dunia karena keberhasilannya dalam menangani penyebaran wabah.
"Jika kita juga dapat menemukan cara untuk melanjutkan kembali perjalanan lintas negara, saya yakin seluruh dunia akan tertarik untuk melihat bagaimana itu bekerja," lanjut Roberts.
Baca juga: Bandara Hang Nadim Batam Siapkan 15 Unit TCM Pengganti PCR Sambut Travel Bubble
Baca juga: Travel Bubble Batam Ikut Aturan Pusat, Walikota : Kita Tak Bisa Tolak
.
.
.
(*/ TRIBUNBATAM.id)