Puluhan Nelayan Kelong Apung di Bintan sudah 2 Bulan Tak Melaut Gegara Angin Kencang

Penulis: Alfandi Simamora
Editor: Dewi Haryati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nelayan kelong apung, Idar di Desa Malang Rapat, Gunung Kijang, Bintan

BINTAN, TRIBUNBINTAN.com - Angin kencang yang melanda perairan Pulau Bintan beberapa waktu terakhir ini, berdampak pada aktivitas nelayan kelong apung di Desa Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang.

Sudah 2 bulan, puluhan nelayan kelong apung itu tidak melaut.

Praktis untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, sejumlah nelayan terpaksa beralih pekerjaan sementara waktu.

Dari pantauan Tribunbatam.id di lokasi, puluhan kelong apung tampak menepi di sepanjang pinggiran Pantai Trikora, di Desa Malang Rapat.

Sementara itu, beberapa nelayan tampak sibuk memperbaiki kelongnya.

Seorang nelayan, Idar (37) mengakui, sudah dua bulan ini ia dan teman-temannya tidak melaut. Itu mulai dari Desember 2021 hingga kini.

Selama tidak melaut, Idar terpaksa mencari pekerjaan lain untuk tetap mendapatkan uang.

"Selama dua bulan belakangan ini, saya bekerja serabutan. Ini semua saya lakukan supaya bisa mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari," katanya saat dijumpai di pesisir pantai Desa Malang Rapat, Selasa (1/2/2022).

Baca juga: Istri di Tanjungbalai Nekat jadi Otak Perampokan, Terdesak Biaya Sewa Rumah, Suami Lama Tak Melaut

Baca juga: Nelayan Tanjungpinang Berburu Ikan Dingkis Pembawa Hoki Jelang Imlek 2022

Idar menuturkan, bila cuaca ekstrem seperti musim utara tiba, memang para nelayan kelong apung biasanya tidak melaut lantaran angin dan ombak yang cukup besar.

"Kalau seperti ini sudah biasa tiap tahunnya. Biasanya kalau tidak akhir tahun, ya awal tahun seperti ini kita tak bisa ke laut," tuturnya.

Biasanya Idar menangkap ikan bilis dan sotong.

"Saat melaut biasanya pergi sore dan pulang pada pagi harinya," ucapnya.

Untuk penghasilan yang didapat sekali pergi melaut, Idar mengaku tak pasti.

Pasalnya tergantung hasil tangkapan. Jika tangkapan ikan bilis dan sotong banyak, ia bisa meraup rezeki mulai Rp 2-Rp 4 juta.

Namun terkadang ia tak mendapat hasil tangkapan sama sekali, atau kadang ada, tapi penghasilan pas-pasan. Tidak sesuai dengan biaya operasional ke laut.

"Jadi intinya nelayan ini hanya tergantung rezeki. Banyak tangkapan ada pendapatan. Kalau tidak ada tangkapan, ya tidak ada sama sekali pendapatan," ungkapnya.

Dari hasil melaut itu, Idar biasanya menjual ke penampung. Untuk ikan bilis dijual Rp 50-60 ribu per kilogram, tergantung jenisnya.

"Nah kalau sotong harganya biasanya mulai dari Rp 30-40 ribu per kilogram," jelasnya.

Idar berharap semoga cuaca kembali normal seperti semula, agar ia bisa pergi melaut kembali.

"Biasanya cuaca normal di bulan Maret nanti. Semoga cuaca segera membaik, soalnya sudah 2 bulan tidak ke laut. Sekarang kita hanya bisa sambilan memperbaiki bagian-bagian kelong yang rapuh," tutupnya. (tribunbatam.id/Alfandi Simamora)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Terkini