Selain itu, dengan akses yang dimiliki, masyarakat setempat pun bisa mendapatkan bahan kayu untuk pembuatan gasing dengan mudahnya.
"Baik itu kayu tempinis, kayu mentigi, masyarakat bisa menggunakan akses yang cepat seperti alat pemotong sinso. Tidak seperti dulu hanya menggunakan kapak," ucapnya.
Ia melanjutkan, Dinas Kebudayaan bersama Lembaga Adat Melayu sering menggelar sebuah kompetisi adu gasing kepada masyarakat.
Lazuardy juga sering menjadi jurinya.
Ia menjelaskan, bahwa nilai positif dari permainan gasing, yakni butuh konsentrasi yang kuat, pemain harus menjaga kekompakan, dan berhati-hati dalam bermain.
"Bahkan dalam kehidupan sehari-hari diibaratkan seperti hidup kita yang terus berputar seperti gasing. Kita harus bersemangat, harus berenergi, dan selalu riang gembira," tutur Lazuardy.
(TribunBatam.id/Febriyuanda)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google