BERITA KECELAKAAN

Kecelakaan Tewaskan Tiga Pelajar Buat Polisi Simalakama, DPR RI Bereaksi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase kecelakaan lalu lintas (lakalantas) yang merenggut 3 pelajar di Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), Kamis (25/8/2022). Polisi serba dilematis dengan kondisi transportasi pengangkut pelajar di daerah itu.

"Meninggal ada 3 orang, luka-luka ada 30 orang. Ada yang dirawat di Puskesmas Senakin, Rumah Sakit Landak, Rumah Sakit Antonius Pontianak," ungkap Kapolsek.

Sopir truk dan mobil bak terbuka juga sudah diperiksa oleh pihak kepolisian.

"Sopir berikut kendaraan sudah kita amankan serta dibawa ke Polres, kemudian dilakukan penyidikan. "Kami menyatakan turut berduka cita, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan," ucapnya.

Baca juga: KECELAKAAN DI BATAM, Gegara Menoleh saat Berkendara, Seorang Pelajar Tabrak Motor Orang

Selain itu Ipda Yulius Kartono juga menghimbau kepada seluruh pengguna jalan untuk mematuhi aturan lalulintas. "Keselamatan nomor satu, jangan remehkan berkendaraan di jalan raya, sayangi nyawa anda karena keluarga menunggu di rumah," pungkasnya.

KOMENTAR DPR RI

Peristiwa maut ini menjadi sedikit gambaran jika masih banyak pekerjaan rumah untuk memperbaiki akses pendidikan di tanah air.

“Kami menyampaikan duka mendalam atas peristiwa kecelakaan maut angkutan sekolah di Landak, Kalimantan Barat. Betapa anak didik kita rentan terhadap berbagai ancaman dan kendala dalam proses mencari ilmu di berbagai pelosok nusantara,” ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, Jumat (26/8/2022).

Huda mengatakan dari video dan foto yang dia terima dari masyarakat diketahui jika angkutan sekolah yang ditumpangi puluhan siswa tersebut sangat tidak layak.

Baik dari sisi keselamatan maupun kenyamanan.

Apalagi pikap tersebut sudah pasti tidak sesuai dengan kapasitas (overload) karena memaksakan untuk mengangkut puluhan siswa.

Baca juga: Kecelakaan Hari Ini di Garut, Seorang Siswi Meninggal dan 6 Terluka

“Peristiwa ini harus diselidiki dengan tuntas. Kenapa siswa harus menumpang angkutan tak layak seperti itu. Apakah tidak ada angkutan lain yang lebih proper baik dari sisi keselamatan dan kenyamanan para siswa,” katanya.

Dari sisi layanan pendidikan, kata Huda, juga harus diselidiki apakah memang letak sekolah dengan domisili para siswa begitu jauh sehingga harus menggunakan angkutan umum untuk mencapainya.

Apakah belum diberlakukan system zonasi dalam proses pendaftaran agar memastikan akses siswa ke sekolah tidak terlalu jauh.

“Atau ada faktor lain seperti minimnya anggaran untuk membangun sekolah yang mudah dijangkau oleh para siswa. Sehingga mereka terpaksa menempuh perjalanan jauh agar bisa belajar,” tukasnya.

Huda mengungkapkan anggaran pendidikan dalam bentuk transfer keuangan daerah dan dana desa (TKDD) mendapatkan porsi terbesar.

Halaman
123

Berita Terkini