MALAYSIA, TRIBUNBATAM.id - Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad bakal mempertahankan kursinya dalam pemilu di negeri jiran.
Mahathir Mohamad Mantan Perdana Menteri Malaysia yang kini berusia 97 tahun itu memfokuskan untuk memenangkan pemilu di negeri jiran itu.
Pengumuman yang disampaikan Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad itu disebutkan tanpa memberikan rencananya apakah dia akan menjadi perdana menteri untuk ketiga kalinya jika aliansi politiknya menang.
Adapun kemungkinannya menjadi kandidat tertua untuk jabatan tersebut, yang memiliki masa jabatan lima tahun, tampaknya tipis.
Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob membubarkan parlemen pada Senin (10/10/2022) untuk mempercepat pemilu.
Baca juga: Bakamla Tangkap Kapal Berbendera Malaysia Kedapatan Curi Ikan di Perairan Bintan
"Kami belum memutuskan siapa yang akan menjadi perdana menteri karena calon perdana menteri hanya relevan jika kami menang," kata Mahathir dalam konferensi pers pada Rabu (12/10/2022).
Dia disebut menyerah pada tekanan dari partainya Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), yang mengharapkan kemenangan besar sendiri, di tengah perseteruan dengan sekutu dalam koalisi yang berkuasa.
Komisi Pemilihan akan bertemu pada 20 Oktober untuk menentukan tanggal pemungutan suara, yang harus diadakan dalam waktu 60 hari setelah pembubaran parlemen.
Meskipun usianya dan kesehatannya mengkhawatirkan tahun ini, Mahathir Mohamad mengatakan dia akan mempertahankan kursi parlemennya di Pulau Langkawi.
Dia juga memperingatkan bahwa kemenangan oleh partai UMNO yang berkuasa dapat membuat mantan perdana menteri Najib Razak yang dipenjara diampuni dan dibebaskan.
Mahathir Mahathir adalah perdana menteri UMNO selama 22 tahun hingga pensiun pada 2003.
Baca juga: Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad Buka Suara Terkait Klaim Kepri & Singapura
Kemudian, pada 2016, ia terinspirasi untuk kembali ke politik akibat penjarahan besar-besaran dana negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB) selama masa jabatan Najib.
Skandal korupsi tersebut mendorong gelombang kemarahan publik, dan membawa oposisi menuju kemenangan bersejarah dalam jajak pendapat 2018 yang menggulingkan UMNO, yang telah memerintah 'Negeri Jiran' sejak kemerdekaan negara itu dari Inggris pada 1957.
Mahathir selanjutnya menjadi kepala pemerintahan tertua di dunia, pada usia 93 tahun, dan mengawasi tuduhan korupsi terhadap Najib dan para pemimpin UMNO lainnya.
Namun aliansi reformisnya runtuh dalam waktu kurang dari dua tahun karena pembelotan, yang mengembalikan UMNO ke tampuk kekuasaan di bawah pemerintahan koalisi baru.