Muhammad Nasry, Direktur Eksekutif Singapore Youth Voices for Biodiversity, mengatakan Chek Jawa adalah rumah bagi habitat bakau, dataran lumpur, dan lamun.
Lapisan minyak dapat menghalangi cahaya mencapai padang lamun, yang membutuhkan sinar matahari untuk berfotosintesis. Lamun juga diketahui kehilangan klorofil – senyawa dalam tanaman yang memungkinkan mereka mengubah sinar matahari menjadi nutrisi – ketika terkena polutan kimia, katanya.
“Jika minyak diendapkan di garis pantai berpasir, pasir yang berminyak dapat diambil dengan mudah. Tapi di habitat mangrove, kalau minyak masuk, tidak mudah keluar,” imbuhnya.
Pihak berwenang mengatakan tambahan penahan dan penyerap akan dikerahkan selama beberapa hari ke depan untuk melindungi peternakan ikan di Selat Johor Timur, Lahan Basah Chek Jawa dan Sungai Changi.
Sistem Current Buster, sebuah alat penahan dan pemulihan terapung minyak khusus yang dikerahkan dari kapal, akan digunakan pada tanggal 18 Juni di Pusat Pameran Changi sebagai tindakan pencegahan.
Setiap sistem terdiri dari boom dengan rok yang memanjang di bawah permukaan air untuk menutup dan mengumpulkan minyak di permukaan air.
Meskipun West Coast Park tidak terpengaruh, bom penyerap minyak juga dikerahkan di taman tersebut untuk melindungi hutan bakau di Marsh Garden, kata pernyataan itu.
Mr Sivasothi mengatakan sangat menggembirakan mendengar bahwa protokol mitigasi telah diaktifkan.
“Pengerahan lebih awal tentu akan membantu melindungi kawasan sensitif dengan keanekaragaman hayati dan peternakan ikan di Selat Johor bagian timur,” katanya.(*)
Sumber: Strait Times