WISATA KARIMUN

Masjid Tua Al Mubaraq Karimun, Dikeliling Makam-makam Para Raja dan Amir

Penulis: Yeni Hartati
Editor: Mairi Nandarson
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MAKAM PENDIRI MASJID - Pusaran makam Amir sebagai tokoh pendiri Masjid Al Mubaraq yang kini menjadi sejarah Islam Nusantara di Kabupaten Karimun.

Keturunan ke 17 dari Raja Ali Haji Fisabillah, yakni Raja Syirwansyah menjelaskan Masjid Al Mubaraq itu dibangun pertama kali sebelum ada nama Pulau Karimun.

"Dulunya pulau Bekanak atau Suku Laut. Begitu adanya pemerintahan atau Amir maka berdirilah Masjid Al Mubaraq sebagai simbol Karimun beragama islam sejak 1828 Hijriyah," ujarnya.

Salah satu destinasi wisata religi Masjid Al Mubaraq di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) (Yeni Hartati)

"Pertama kali Takbir atau Azan berkumandang di Masjid Al Mubaraq Karimun," katanya.

Dulunya masyarakat yang berada di Teluk Paku, Pulau Tulang, Pulau Parit melaksanakan shalat dengan menggunakan sampan kayu ke Masjid Al Mubaraq.

Dalam pembangunan mendirikan masjid Al Mubaraq itu juga dengan uang pribadi, Almarhum Raja Abdullah yang menunjukan seorang pemimpin yang bertanggung jawab dunia dan akhirat.

"Almarhum Raja Abdullah bin Raja Thaif bin Raja Ahmad Engku Tuah penasehat kerajaan Riau, yang ayahandanya Raja Ali Haji Fisabilillah bin Daeng Celak itulah amir yang pertama kali masuk islam," ujarnya.

Raja Syirwansyah menjelaskan Amir merupakan singkatan Amirul Mukminin yang berarti pemimpin orang-orang beriman.

Baca juga: Wisata Pantai Kepri Coral Resort di Batam, Akuarium Besar Pukau Pengunjung

Bangunan Masjid Al Mubaraq juga merupakan konsep yang dirancang dari orang-orang tua terdahulu.

Kemudian mimbar itu dibuat di Pulau Penyengat dengan bentuk atau konsep unsur Eropa, Turki, China, dan Islam. 

"Di bagian belakang mimbar itu ada mahkota. Dan ada bertuliskan 1301 Hijriyah atau sudah 145 tahun. Sampai dengan hari ini kayunya pun belum pernah di ganti," ujarnya.

Meskipun begitu, sebagai zuriat Raja sekaligus pengurus Masjid Al Mubaraq. Bangunan atau sayap sisi kanan kiri telah mengalami perubahan fasad.

Hal itu dilakukan lantaran membludaknya antusias masyarakat jemaah yang melakukan ibadah ke masjid tertua tersebut.

Selain itu, dalam pemeliharaan Masjid Al Mubaraq juga tanpa ada permohonan bantuan dari masyarakat ataupun instansi terkait.

"Pembangunan ataupun pemeliharaan Masjid menggunakan uang pribadi. Kami dilarang untuk minta-minta, bisa di lihat tidak ada tong-tong yang mengatas namakan Masjid Al Mubaraq," ujarnya. (yen)

tribunbatam.id/yenihartati

* Baca berita Tribun Batam lainnya di Google News 

Berita Terkini