WISATA KARIMUN

Masjid Tua Al Mubaraq Karimun, Dikeliling Makam-makam Para Raja dan Amir

Penulis: Yeni Hartati
Editor: Mairi Nandarson
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MAKAM PENDIRI MASJID - Pusaran makam Amir sebagai tokoh pendiri Masjid Al Mubaraq yang kini menjadi sejarah Islam Nusantara di Kabupaten Karimun.

Laporan wartawan Tribum Batam, Yeni Hartati

TRIBUNBATAM.id, KARIMUN - Dalam wisata religi di Masjid Al Mubaraq Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Di sisi samping masjid terdapat makam-makam para Raja atau Amir sebagai pemimpin pendiri masjid tertua di Karimun. 

Di antaranya, makam Raja Ishak sebagai Amir kedua. Raja Sulaiman sebagai Amir ketiga, dan Raja Usman sebagai Amir keempat.

"Setelah mereka wafat mutlak tahun 1956, Kepri sudah dibawah NKRI."

"Jadi perubahannya memakan waktu selama 21 tahun dimulai 1945 hingga 1966," ujarnya. 

"Kesultanan, amir, wedana, hingga terbentuk kabupaten."

Baca juga: Sejarah Singkat Masjid Tertua Al Mubaraq Karimun, Mimbarnya Dibuat di Pulau Penyengat

"Itulah bentuk pemerintahan pada masa itu," timpanya.

Sejarah Kerajaan Riau yang bermuara pada Masjid Al-Mubaraq, bermula pada Kerajaan Man Sri Rajapahit, Sri Wijaya Kerajaan Hindu di Tumasik, lalu ke Malaka, kemudian ke Johor dan Riau.

Kondisi dalam masjid Al Mubaraq Karimun, terdapat empat tiang berdiri kokoh menandakan empat sahabat yakni Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Kemudian mimbar yang dibuat pertama kali tahun 1301 Hijriah. (Yeni Hartati)

Dulunya kerajaan Sriwijaya berkembang dari abad ke-7 hingga abad ke-11 masehi, kemudian kerajaan Majapahit berhasil mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 Masehi. 

"Kemudian Paramewara pindah ke Malaka dan bergelar Sultan pertama yakni Sultan Iskandarsyah."

"Kerjaaan Malaka kemudian masuk kerjaan Johor-Riau hingga sekarang," ujarnya.

Sejarah singkat

Masjid Al Mubaraq menyimpan kekayaan sejarah Islam yang melekat erat dengan budaya Melayu dan kejayaan kesultanan.

Masjid Al Mubaraq menjadi masjid yang paling menonjol dan tertua di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Baca juga: Mengenal Destinasi Wisata Religi Masjid Al Mubaraq di Karimun, Bernuansa Melayu

Keturunan ke 17 dari Raja Ali Haji Fisabillah, yakni Raja Syirwansyah menjelaskan Masjid Al Mubaraq itu dibangun pertama kali sebelum ada nama Pulau Karimun.

"Dulunya pulau Bekanak atau Suku Laut. Begitu adanya pemerintahan atau Amir maka berdirilah Masjid Al Mubaraq sebagai simbol Karimun beragama islam sejak 1828 Hijriyah," ujarnya.

Salah satu destinasi wisata religi Masjid Al Mubaraq di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) (Yeni Hartati)

"Pertama kali Takbir atau Azan berkumandang di Masjid Al Mubaraq Karimun," katanya.

Dulunya masyarakat yang berada di Teluk Paku, Pulau Tulang, Pulau Parit melaksanakan shalat dengan menggunakan sampan kayu ke Masjid Al Mubaraq.

Dalam pembangunan mendirikan masjid Al Mubaraq itu juga dengan uang pribadi, Almarhum Raja Abdullah yang menunjukan seorang pemimpin yang bertanggung jawab dunia dan akhirat.

"Almarhum Raja Abdullah bin Raja Thaif bin Raja Ahmad Engku Tuah penasehat kerajaan Riau, yang ayahandanya Raja Ali Haji Fisabilillah bin Daeng Celak itulah amir yang pertama kali masuk islam," ujarnya.

Raja Syirwansyah menjelaskan Amir merupakan singkatan Amirul Mukminin yang berarti pemimpin orang-orang beriman.

Baca juga: Wisata Pantai Kepri Coral Resort di Batam, Akuarium Besar Pukau Pengunjung

Bangunan Masjid Al Mubaraq juga merupakan konsep yang dirancang dari orang-orang tua terdahulu.

Kemudian mimbar itu dibuat di Pulau Penyengat dengan bentuk atau konsep unsur Eropa, Turki, China, dan Islam. 

"Di bagian belakang mimbar itu ada mahkota. Dan ada bertuliskan 1301 Hijriyah atau sudah 145 tahun. Sampai dengan hari ini kayunya pun belum pernah di ganti," ujarnya.

Meskipun begitu, sebagai zuriat Raja sekaligus pengurus Masjid Al Mubaraq. Bangunan atau sayap sisi kanan kiri telah mengalami perubahan fasad.

Hal itu dilakukan lantaran membludaknya antusias masyarakat jemaah yang melakukan ibadah ke masjid tertua tersebut.

Selain itu, dalam pemeliharaan Masjid Al Mubaraq juga tanpa ada permohonan bantuan dari masyarakat ataupun instansi terkait.

"Pembangunan ataupun pemeliharaan Masjid menggunakan uang pribadi. Kami dilarang untuk minta-minta, bisa di lihat tidak ada tong-tong yang mengatas namakan Masjid Al Mubaraq," ujarnya. (yen)

tribunbatam.id/yenihartati

* Baca berita Tribun Batam lainnya di Google News 

Berita Terkini