TRIBUNBATAM.id, BATAM - Debat Pilkada Kepri 2024 di Kota Batam telah berakhir Sabtu (2/11).
Kedua pasangan calon (paslon) di Pilkada Kepri 2024, Ansar Ahmad - Nyanyang Haris Pratamura (SAYANG) dan Muhammad Rudi - Aunur Rafiq (HMR AURA) menyampaikan gagasan dan saling adu argumen dalam debat publik itu.
Lantas, masihkah dua paslon Pilkada Kepri 2024 itu baper setelah debat paslon Pilgub Kepri 2024?
Akademisi Universitas Riau Kepulauan (Unrika) Batam, Linayati Lestari memberikan pandangannya.
Pertama, ia menilai rangkaian debat Pilkada Kepri 2024 cukup luar biasa.
Baca juga: Masyarakat Kepri Asal Aceh Komitmen Dukung Rudi - Rafiq di Pilkada Kepri 2024
"Artinya tidak langsung debat tetapi ada proses-proses yang sebelumnya. Sebelum berbicara siapa yang lebih menyala, sebenarnya semuanya sama-sama menyala," ujar Linayati dalam Mata Local Corner, Kamis (7/11/2024).
Berdasarkan data dari tahun 2010 hampir 70 persen animo atau peningkatan partisipasi masyarakat.
Kemudian di tahun 2015 mengalami penurunan dan berkurang sekitar 50 persen.
"Pada saat itu kurang masifnya partai politik dan sosialisasi yang minim. Tetapi tahun 2020 berbeda padahal kalau kita lihat saat itu adalah masa Covid-19," ujarnya.
"Memang tidak terlalu naik jauh sekitar 60-67 persen, artinya ada secercah harapan masyarakat untuk memilih pemimpin untuk mengajak kita keluar dari dilema waktu Covid-19," timpanya.
Sementara di tahun 2024 ini harapannya semua bisa di atas 70 persen.
Baca juga: Jadwal Kampanye Dua Paslon Pilkada Kepri Hingga 10 November 2024 Berdasarkan Zonasi
Hal itu lantaran Gen Z juga sudah menjadi bahasan ketika debat berlangsung.
"Saya pribadi kurang merasa terpuaskan karna tidak ada elaborasi yang lebih panjang. Sebenarnya pertanyaan sudah dipersiapkan oleh tim panelis, kemudian pertanyaan dari paslon yang ditembak isu lokal," ujarnya.
"Berarti kita bisa melihat paslon yang hari itu bisa menguasai isu lokal. Terlepas berbicara soal benar, tetapi pada konteks penjabat publik mereka berbicara dan paling dominan," timpanya.
Kemudian dari penjabaran visi-misi yang disampaikan kedua paslon juga tidak berdasar dengan data yang jelas.
"Dari kubu paslon 01 dan 02 saya lihat masih Baper," ujarnya.
Baca juga: Pilkada Kepri 2024, Rudi Fokuskan Pembangunan Wilayah Kepulauan Riau Berbasis Potensi Daerah
Menurutnya, meskipun semuanya sudah di persiapkan dengan matang.
Namun berdasarkan setting panggung, human ekspresi, cara berpakaian membuat Gen Z dan Milenial menuju pada pandangan kedua paslon.
"Tetapi bukan berarti yang lebih santai lebih mengenakan tetapi itu sebagai tanda bahwa Gen Z belum begitu peduli dalam konteks itu," ujarnya.
"Secara live maupun di platform live streaming komentar banyak sekali. Orang lebih banyak tertarik di live streaming. Dari pelosok Kepri yang muda maupun tua sudah pegang Handphone baik live ataupun rekamannya atau cuplikan yang saat ini lebih cepat di jangkau Tiktok," timpanya.
Disinggung dengan pemaparan atau elaborasi materi debat dan visualisasi, siapa yang paling menyala?
"Saya lihat berimbang," ujarnya.
Baca juga: Pilkada Kepri 2024, Aunur Rafiq Sebut Masyarakat Inginkan Perubahan
Linayati menjelaskan paslon 01 merupakan dua orang yang bukan orang baru di pemerintahan.
Ansar Ahmad dinilai punya pengalaman yang lebih dari orang yang bukan pertahana.
Kemudian, Nyanyang Haris Pratamura merupakan politisi ulung yang telah membangun relasi antara pusat dan daerah.
"Dulu kita pernah duduk di sini. Dan beliau katakan terkejut dipilih menjadi kandidat. Tetapi saya pikir dalam politik tidak ada yang terkejut sedemikian wow. Itu sudah dalam kesepakatan partai politik," ujarnya.
Sedangkan di kubu paslon 02, sosok Muhammad Rudi yang telah membangun kota dengan 1,3 juta penduduk itu tidak mudah.
Begitu pula dengan wakilnya, Aunur Rafiq yang merupakan pertahana meskipun belum pernah menjadi Gubernur tetapi sudah memimpin Karimun dan cukup mempunyai nilai investasi yang tinggi.
Baca juga: Kampanye Pilkada Kepri 2024 di Natuna, HMR AURA Komitmen Wujudkan Perubahan
"Dalam debat kemarin sebenarnya masih kurang. Topik pendidikan, investasi, dan digitalisasi masih kurang dibahas. Tapi coba di idealkan Rempang yang dimunculkan itu adalah konfliknya tidak dengan investasinya," ujarnya. (TribunBatam.id/Yeni Hartati)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News