Tradisi Unik di Anambas Kepri: Bunyikan Letupan Karbit Tanda Berbuka Puasa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Persiapan membunyikan meriam karbit di Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kamis (27/3/2025)

Tradisi Unik di Anambas Bunyikan Letupan Karbit Tanda Berbuka Puasa

Laporan Tribun Batam, Noven Simanjuntak

TRIBUNBATAM.id, ANAMBAS - Waktu berbuka puasa menjadi momen yang paling ditunggu bagi umat Islam yang menjalankan ibadah puasa.

Mendekati waktu minum dan makan menjemput azan magrib, biasanya identik dengan suara bedug, kentongan maupun sirine.

Hal itu, kebanyakan lazim dilakukan di perkotaan besar.

Namun cara cukup unik, ada di Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Di wilayah batas negeri ini, masuknya waktu berbuka puasa ditandai dengan letupan suara yang cukup kuat.

Saking kuatnya, bagi warga pendatang akan terheran-heran bahkan kaget disertai rasa takut bak adanya serangan bom di tengah situasi perang.

Suara menggelegar ini kerap dibunyikan hanya ketika waktu magrib tiba dibulan Ramadan.

Letupan suara tersebut bersumber dari dari alat ledak yang oleh masyarakat tempatan disebut meriam karbit.

Cara penanda waktu berbuka puasa ini telah turun temurun dan menjadi tradisi di ibukota Anambas, Tarempa.

Syamsir, Lurah Tarempa mengatakan, tradisi membunyikan meriam karbit sudah berlansung lama sejak nenek moyang mereka mendiami pulau Tarempa.

Sampai saat ini cara unik tersebut masih lestari digunakan khusus saat datangnya bulan puasa.

"Cara ini sudah puluhan tahun, bahkan mungkin ratusan tahun, sejak kakek buyut kami mendiami Tarempa. Bunyi karbit ini memang momen favorit bagi warga, selalu dinanti saat bulan puasa," ucapnya kepada Tribunbatam.id, Kamis (27/3/2025).

Ia mengungkapkan, suara letupan meriam karbit ini dulunya bahkan terdengar sampai ke pulau-pulau yang letaknya tidak jauh dari Tarempa.

Setiap digunakannya meriam karbit ini, selalu menyimpan cerita tersendiri bagi setiap pendatang baru.

Bagaimana tidak, suara letupan yang menggelegar ini sempat dikira letupan bom ataupun senjata bagi pendengar asing.

"Pernah dikira ada suara bom atau senjata. Dia cari tahu dan diberi penjelasan oleh warga, baru paham. Maklum baru kali pertama di Tarempa," terangnya.

Pada momen Ramadan tahun ini, Syamsir menyebutkan, ada tiga titik lokasi penyalaan letupan meriam karbit.

Tiga lokasi itu meliputi, kawasan Bukit Tengkorak (Buteng), kawasan Tanjung dan area Masjid Agung Baitul Makmur.

"Tapi yang kerap aktif itu di dua lokasi, Buteng dan Tanjung. Kalau Masjid Agung hanya sesekali," jelasnya.

Bahan-bahan pembuatan meriam karbit, sebut Syamsir, terdiri dari wadah papan yang dibentuk persegi ditanam ke dalam lubang tanah dengan dua rongga kecil.

Kemudian, wadah papan persegi itu ditutup dengan lumuran tanah liat yang  membentuk gundukan keras. Di atasnya ditempel karung goni kain yang lembab.

Proses pembunyian ini dimulai dengan menempatkan melarutkan bubuk karbit (zat daya ledak) ke dalam air.

Wadah karbit ditutup dengan karung goni yang ditanam di dalam tanah, setelah panas atau mendidih, api mulai disulutkan kedua lobang kecil.

Sulutan api dengan memakai kayu panjang atau obor bambu itu akan menghasilkan suara letupan yang kuat dan menggelegar. (nvn)

TRIBUNBATAM.id/Noven Simanjuntak
Caption : Tribun/Istimewa
Persiapan membunyikan meriam karbit di Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kamis (27/3/2025)

Berita Terkini