Perang Iran vs Israel

Tolak Gencatan Senjata, Iran Umumkan Perang Total Lawan Israel dan AS hingga Damai Abadi

Editor: Khistian Tauqid
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DAMPAK RUDAL IRAN - Tangkap layar dari YNet, Selasa (17/6/2025) menunjukkan pemandangan kerusakan di pemukiman di Tel Aviv, Israel akibat rudal Iran. Iran dilaporkan akan meluncurkan serangan besar ke Israel dalam beberapa jam mendatang. Seorang pejabat tinggi Iran menegaskan bahwa Teheran menolak seluruh usulan gencatan senjata dari pihak manapun.

TRIBUNBATAM.id - Keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Iran melawan Israel membuat iklim geopolitik di Timur Tengah semakin panas.

Amerika Serikat melakukan serangan udara di tiga situs nuklir Iran di wilayah Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Iran langsung melakukan aksi balasan dengan menyerang pangkalan militer Amerika Serikat yang berada di Qatar, pada Senin (23/6/2025).

Amerika Serikat dan Dewan Kemanan PBB pun memberikan usulan untuk melakukan gencatan senjata.

Kendati demikian, seorang pejabat tinggi Iran menegaskan bahwa Teheran menolak seluruh usulan gencatan senjata dari pihak manapun.

Dikutip dari CNN, pada Selasa (24/6/2025), pejabat Iran menyebut musuh-musuh negaranya penuh tipu daya lewat janji damai.

“Iran tidak menerima usulan gencatan senjata dan tidak melihat alasan untuk itu,” tegasnya.

Oleh karena itu, Iran akan terus melakukan perlawanan militer hingga tercapai perdamaian abadi.

Iran tidak ingin gencatan senjata tersebut hanya kesepakatan palsu di atas kertas.

“Musuh saat ini tengah melancarkan agresi langsung terhadap kami, dan Iran hampir mengintensifkan serangan balasannya, tanpa mau mendengarkan kebohongan dari mereka,” ujarnya lagi.

Serangan Udara Amerika Memicu Kecaman Dunia

Gelombang penolakan terhadap serangan udara AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan datang dari berbagai negara besar.

China, Rusia, dan Pakistan dengan cepat mengajukan rancangan resolusi ke Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menilai langkah militer Amerika sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap Piagam PBB dan memperparah ketegangan Timur Tengah.

“Dewan Keamanan tidak dapat tinggal diam. Kami mendesak penghentian kekerasan, perlindungan warga sipil, dan kembali ke jalur negosiasi,” ucap Guo.

Namun, harapan akan adanya keputusan bulat menghadapi rintangan besar.

AS diperkirakan akan menggunakan hak vetonya jika rancangan resolusi itu dianggap mengancam kepentingannya.

NATANZ DAN KERAMANASHAH. – Kolase Tribunnews.com, Senin (16/6/2025). Citra satelit Maxar, 14 Juni 2025 (kiri), Fasilitas nuklir Natanz di Iran tampak mengalami kerusakan berat, termasuk gardu listrik dan bangunan pengayaan bahan bakar yang hancur akibat serangan udara. – Citra satelit Planet Labs, 7 dan 14 Juni 2025. (kanan), Perbandingan sebelum dan sesudah serangan menunjukkan bekas luka bakar luas di pangkalan rudal Kermanshah, Iran, yang menjadi target serangan militer. Tiga fasilitas nuklir utama Iran, Fordow, Natanz dan Isfahan, mengalami serangan udara yang diklaim telah diluncurkan oleh Amerika Serikat. (Kolase Tribunnews.com/Maxar/Planet Labs)

Baca juga: Amerika Serikat Mulai Khawatir , Minta China Tekan Iran agar Selat Hormuz Tetap Dibuka

Korban Sipil Berjatuhan, Iran Siapkan Balasan Lebih Besar

Hingga kini, Iran dan Israel masih terlibat baku serang udara yang menewaskan lebih dari 430 warga Iran dan melukai 3.500 lainnya.

Sementara itu, Iran membalas dengan meluncurkan rudal ke berbagai wilayah Israel, menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai ratusan warga sipil.

Sebagai respons atas serangan AS, Iran juga menembakkan 19 rudal ke arah Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, salah satu pangkalan militer terbesar AS di Timur Tengah.

Mayor Jenderal Qatar, Shayeq Al Hajri, menyebut satu rudal berhasil menghantam fasilitas militer, meski tidak menyebabkan korban jiwa.

“Tujuh rudal pertama berhasil dicegat. Namun dari 12 rudal lanjutan, satu berhasil lolos dan mengenai pangkalan,” jelasnya.

Sementara itu, Presiden Donald Trump justru menyebut hanya 14 rudal yang ditembakkan dan semuanya berhasil dicegat, menyiratkan perbedaan narasi antara militer AS dan sekutunya.

PBB Peringatkan Dunia: Ini Titik Belok Berbahaya

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dalam sidang darurat DK PBB, menyatakan bahwa situasi di Timur Tengah telah memasuki fase "titik belok berbahaya", yang membutuhkan tindakan cepat dan tegas dari komunitas internasional.

“Kita harus segera menghentikan pertempuran dan membuka kembali jalur diplomasi terkait program nuklir Iran,” seru Guterres di hadapan anggota dewan.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, juga mengkritik keras AS dan membandingkan kondisi saat ini dengan invasi Irak tahun 2003, ketika AS mengklaim keberadaan senjata pemusnah massal yang belakangan terbukti tidak ada.

“Kita kembali diminta percaya pada dongeng Amerika. Ini bukti AS tak pernah belajar dari sejarah,”sindirnya.

Di sisi lain, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menolak kritik tersebut dan menyebut bahwa AS dan Israel layak mendapat penghargaan, bukan kecaman.

Iran Ancam Perluas Serangan, Perdamaian Semakin Jauh

Sementara itu, Korps Garda Revolusi Iran menyatakan bahwa mereka akan memperluas operasi militer terhadap Israel.

Eskalasi ini dikhawatirkan membuat kawasan Timur Tengah terjerumus ke dalam konflik regional besar-besaran.

Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, melaporkan bahwa situs pengayaan Fordow mengalami kerusakan signifikan, sementara Natanz dan Isfahan juga terdampak.

Meski begitu, Iran mengklaim tidak ada peningkatan radiasi di ketiga lokasi.

Situasi Kian Tak Terkendali, Dunia Menanti Keputusan Dewan Keamanan

Rusia, China, dan Pakistan kini menunggu tanggapan resmi dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB terhadap rancangan resolusi mereka.

Resolusi butuh dukungan sembilan negara tanpa veto dari lima anggota tetap (AS, Inggris, Prancis, Rusia, Tiongkok).

Belum diketahui secara pasti kapan voting akan dilakukan, tetapi para diplomat memperkirakan bahwa ketegangan akan terus meningkat jika tidak ada kesepakatan dalam waktu dekat.

Penolakan Iran terhadap gencatan senjata, serangan balasan yang terus meningkat, serta sikap keras dari AS dan Israel membuat peluang damai makin menjauh.

Dunia menyaksikan, berharap para pemimpin dunia memilih diplomasi, bukan kehancuran.

Apakah Timur Tengah akan kembali menjadi medan perang terbuka? Atau akankah diplomasi internasional mampu meredakan bara yang sudah membakar?

(TribunBatam.id)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Iran Murka, Tolak Gencatan Senjata dan Umumkan Perang Total ke AS–Israel"

Berita Terkini