"Kalau mereka tahu bahwa pekerjaan ini sampai terjadi mengakibatkan kematian, saya yakin sebagai orang yang beragama dan kami juga sebagai orang Katolik pasti kami menolak pekerjaan seperti ini," kata Adrianus dikutip dari Youtube WartaKota, Selasa (26/8/2025).
Ia pun menegaskan kalau peran Eras dan kawan-kawannya hanya menculik korban.
"Adik kami, Eras ini diminta untuk menjemput paksa," kata dia.
Setelah menculik Ilham Pradipta, barulah Eras dan tiga pelaku lainnya diminta untuk mengantarkan korban ke daerah Jakarta Timur.
Ia menyebut sosok yang memerintahkan Eras yakni berinisial F.
"Di mana pada saat adik kami Eras dan kawan-kawan menjemput di waktu sore, setelah penjemputan dengan cara paksa itu dilakukan, ada perintah dari oknum yang namanya F itu untuk diserahkan di daerah Jakarta Timur," jelasnya.
Usai menyerahkan korban, kata Adriantus, para pelaku yang berperan sebagai penculik ini pun selesai menjalankan tugasnya.
"Setelah diserahkan keempat pelaku penjemputan paksa ini mereka sudah selesai tugas, dan mereka pulang," kata dia lagi.
Saat sudah pulang, keempat pelaku ini kembali dihubungi oleh otak pelaku untuk mengantar korban pulang.
Namun saat itu, kata dia, saat hendak mengantarkan korban, barulah mereka mengetahui kalau Ilham ternyata telah meninggal dunia.
"Mereka dipanggil lagi untuk mengantar pulang si korban. Nah, pada saat waktu ketemu lagi, di situlah bahwa mereka melihat korban ini sudah tidak bernyawa lagi," katanya.
Meski sudah dibohongi oleh eksekutor dan otak pelaku, Eras dkk pun tetap menuruti perintah untuk membuang korban.
Ia beralasan, para pelaku mau membuang jasad korban karena berada di bawah tekanan para otak pelaku.
"Mereka juga dalam tekanan itu, dan mereka salah satu terduga penjemputan paksa ini menyampaikan ke keluarganya bahwa mereka memang baru diperintahkan untuk membuang jenazah," jelas Adrianus lagi.
Dirinya pun menegaskan kalau Eras dan tiga pelaku lainnya tidak terlibat dalam pembunuhan.