PEMBUNUHAN BOS BANK BUMN

Siasat Licik Dwi Hartono, Jebak Anak Buah Suruh Antar Ilham Pradipta Pulang, Padahal Sudah Tewas

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PEMBUNUHAN - Postingan Dwi Hartono di Akun IG nya pamer ambil ung Rp 1 Miliar. Kini Dibekuk polisi karena jadi otak pelaku pembunuha Ilham Pradipta Bos Bank BUMN di Jakarta

TRIBUNBATAM.id - Dwi Hartono alis DH menggunakan siasat licik saat meminta tersangka menculik Kepala Cabang Bank BUMN Mohamad Ilham Pradipta.

Dwi Hartono merupakan otak pelaku pembunuhan Iljam Pradipta.

Kebohongan itu diungkap oleh pelaku yang berperan sebagai penculik, Eras alias RW.

Rupanya Dwi Hartono tidak mengatakan kepada para penculik bahwa ia akan membunuh Ilham Pradipta.

Bahkan Eras mengaku tidak terlibat dalam pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN itu.

Ia baru mengetahui korban meninggal dunia setelah diminta lagi oleh otak pembunuhan untuk membuang jasad korban.

Saat ini polisi telah menangkap delapan pelaku yang terlibat dalam penculikan dan pembunuhan Mohamad Ilham Pradipta.

Mereka adalah AT, RS, RAH, dan RW alias Eras yang berperan sebagai penculik.

Pelaku AT, RS, dan RAH ditangkap di sebuah rumah kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Sementara RW alias Eras ditangkap di Bandara Internasional Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Setelah itu, Polda Metro Jaya menangkap empat orang yang merupakan aktor intelektual kasus penculikan dan pembunuhan Ilham Pradipta. Mereka adalah DH, YJ, AAm dan C.

Tiga pelaku yakni DH, YJ, dan AA ditangkap di wilayah Solo, Jawa Tengah pada Sabtu (23/8/2025).

Sementara satu pelaku lain yakni C ditangkap polisi sedang berada di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara pada Minggu (24/8/2025) sekira pukul 15.30 WIB.

Kuasa Hukum Eras Musubawo, Adrianus Agal mengatakan kliennya tidak tahu kalau korban ternyata dihabisi oleh eksekutor.

Menurut Adrianus, para pelaku tidak akan mau menculik korban jika tahu akan dibunuh.

"Kalau mereka tahu bahwa pekerjaan ini sampai terjadi mengakibatkan kematian, saya yakin sebagai orang yang beragama dan kami juga sebagai orang Katolik pasti kami menolak pekerjaan seperti ini," kata Adrianus dikutip dari Youtube WartaKota, Selasa (26/8/2025).

Ia pun menegaskan kalau peran Eras dan kawan-kawannya hanya menculik korban.

"Adik kami, Eras ini diminta untuk menjemput paksa," kata dia.

Setelah menculik Ilham Pradipta, barulah Eras dan tiga pelaku lainnya diminta untuk mengantarkan korban ke daerah Jakarta Timur.

Ia menyebut sosok yang memerintahkan Eras yakni berinisial F.

"Di mana pada saat adik kami Eras dan kawan-kawan menjemput di waktu sore, setelah penjemputan dengan cara paksa itu dilakukan, ada perintah dari oknum yang namanya F itu untuk diserahkan di daerah Jakarta Timur," jelasnya.

Usai menyerahkan korban, kata Adriantus, para pelaku yang berperan sebagai penculik ini pun selesai menjalankan tugasnya.

"Setelah diserahkan keempat pelaku penjemputan paksa ini mereka sudah selesai tugas, dan mereka pulang," kata dia lagi.

Saat sudah pulang, keempat pelaku ini kembali dihubungi oleh otak pelaku untuk mengantar korban pulang.

Namun saat itu, kata dia, saat hendak mengantarkan korban, barulah mereka mengetahui kalau Ilham ternyata telah meninggal dunia.

"Mereka dipanggil lagi untuk mengantar pulang si korban. Nah, pada saat waktu ketemu lagi, di situlah bahwa mereka melihat korban ini sudah tidak bernyawa lagi," katanya.

Meski sudah dibohongi oleh eksekutor dan otak pelaku, Eras dkk pun tetap menuruti perintah untuk membuang korban.

Ia beralasan, para pelaku mau membuang jasad korban karena berada di bawah tekanan para otak pelaku.

"Mereka juga dalam tekanan itu, dan mereka salah satu terduga penjemputan paksa ini menyampaikan ke keluarganya bahwa mereka memang baru diperintahkan untuk membuang jenazah," jelas Adrianus lagi.

Dirinya pun menegaskan kalau Eras dan tiga pelaku lainnya tidak terlibat dalam pembunuhan.

"Adik-adik kami ini mereka perannya hanya untuk menjemput paksa dan memberikan ke mereka seperti itu," katanya.

Para pelaku mengaku menerima tawaran itu karena kebutuhan ekonomi dan diimingi bayaran yang besar.

"Jadi intinya kami dari keluarga kami memohon maaf terhadap keluarga korban, bahwa adik-adik kami juga menerima pekerjaan ini karena diiming-iming sesuatu, karena ada tekanan ekonomi juga," jelas dia.

Mohamad Ilham Pradipta merupakan Kepala Cabang Bank BUMN di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Ia tinggal di Jalan Rimba, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

Ilham diculik sejumlah orang menggunakan mobil putih di parkiran supermarket kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu (20/8/2025).

Jasadnya kemudian ditemukan di Desa Nagasari, Serang Baru, Bekasi, pada pukul 05.30 WIB pada Kamis (21/8/2025).

Kondisi Ilham saat ditemukan yakni tangan dan kakinya terikat.

Ilham juga masih mengenakan pakaian yang sama seperti saat ia diculik.

Sementara otak pelaku, DH diketahui merupakan seorang pengusaha dan dikenal sebagai motivator.

Dwi Hartono juga sering memberikan beasiswa dan dikenal sebagai crazy rich di Jambi.

Ia memiliki rumah dikabarkan tinggal di wilayah Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor.

Kediaman pribadi Dwi Hartono disebut berada di kawasan Kompleks Perumahan Kota Wisata tepatnya di Jalan San Fransisco, Blok Q1 No. 8 dan 9.

Dari pantauan TribunnewsBogor.com, rumah tersebut berada di pinggir jalan yang menjadi akses utama.

Kedua bangunan mewah dengan cat putih tersebut nampak sepi dari aktivitas.

Pagar berwarna emas yang tinggi tertutup rapat dengan lampu yang dibiarkan menyala meski di siang hari.

Menurut salah satu petugas keamanan yang ditemui sekitar lokasi, bangunan tersebut saat ini dalam keadaan kosong.

Namun petugas keamanan perumahan mengaku tidak tahu sejak kapan bangunan tersebut dikosongkan.

"Udah kosong. Regu saya ini baru masuk hari ini, gak tau juga (kosong sejak kapan)," ujarnya saat dijumpai TribunnewsBogor.com di pos penjagaan, Senin (25/8/2025).

 

Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Kebohongan Otak Pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN, Jebak Anak Buah: Suruh Antar Korban Pulan

Berita Terkini