WISATA ANAMBAS

Konservasi Pulau Pahat Destinasi Wisata di Anambas, Paduan Alam dan Pelestarian Hewan Purba

Pulau Pahat, satu di antaranya banyak destinasi wisata di Anambas menyuguhkan panorama alam yang indah dengan pelastarian hewan purba.

TribunBatam.id/Istimewa
WISATA DI ANAMBAS - Potret Pulau Pahat, Desa Mubur, Kecamatan Siantan Utara, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Senin (8/9/2025). Wisata konservasi habitat hewan purba penyu dengan pesona alam asri dan laut bening. 

TRIBUNBATAM.id, ANAMBAS - Gugusan pulau bahari di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menyimpan keasrian alam dan kehidupan habitat yang masih lestari.

Gradiasi hijau biru lautnya bak cermin kaca, pasir putih yang halus dan pepohonan liar yang tumbuh hijau menjadi daya tarik alam yang tak biasa kita jumpai dibelahan Indonesia.

Salah satu dari pulau-pulau itu, misalnya Pulau Pahat, Desa Mubur, Kecamatan Siantan Utara.

Di pulau, ini tak hanya kental pesona alamnya, tetapi juga menyimpan habitat hewan purba yang langka yakni penyu dengan jenis penyu sisik dan penyu hijau.

Sejak 2022, Komunitas Konservasi Mangrove, Penyu, Alam, dan Karang akrab disapa KOMPAK hadir sebagai motor penggerak pelestarian ekosistem pesisir di kawasan itu.

Awalnya, KOMPAK dibentuk dari Yayasan Abadi pada tahun 2022.

Fokus pertama mereka adalah konservasi mangrove di Desa Temburun, Pantai Senggalong, Kecamatan Siantan Timur. 

Setahun berselang, komunitas beranggotakan sepuluh orang ini memperluas gerakan ke Pulau Pahat dengan program konservasi penyu.

Pulau Pahat bukanlah wilayah baru bagi konservasi. Sejak 2014, kawasan ini sudah dikelola oleh Pokmas Peduli Pulau Pahat (P4) yang dibina Harbour Energy.

Sebelum kehadiran KOMPAK, kelompok P4 hanya fokus pada penangkaran penyu dan pelepasan tukik.

Kehadiran KOMPAK di sana memberi warna baru pengembangan ekowisata berbasis konservasi.

KOMPAK mengusung konsep wisata edukatif melihat penyu bertelur, belajar tentang satwa langka, mengadopsi sarang penyu sebagai bentuk donasi, hingga melepas tukik ke laut.

Wisata ini sudah mulai dibuka pada awal 2025, setelah proses panjang pengurusan izin administrasi ke sejumlah instansi, termasuk kerja sama resmi dengan LKKPN.

"Pemerintah sudah membantu kami dengan sarana konservasi, seperti kano transparan, peralatan snorkeling, hammock, tenda, hingga kamera bawah air," kata Ketua Komunitas KOMPAK, Syahrul Hidayat, Senin (8/9/2025).

Ia mengungkapkan, hingga pertengahan 2025, tercatat lebih dari 100 pengunjung datang ke Pulau Pahat.

Mereka tidak hanya berasal dari Anambas, tetapi juga dari Tanjungpinang hingga wisatawan asing dari Denmark.

"Ya bisa dikatakan sejak kami buka ekowisata konservasi di sana, antusias pengunjung cukup tinggi. Tak hanya dari wisatawan lokal dan luar daerah, dari luar negeri juga pernah datang. Itu dari Denmark, satu keluarga sengaja ke sana buat eksplore laut hingga penangkaran penyu," sebutnya.

Di lokasi konservasi penyu ini, pihaknya juga membuka program adopsi penyu dari masing-masing pengunjung.

Dari data Kompak, musim ini ada lebih dari 300 sarang penyu pengunjung baik jenis penyu hijau dan penyu sisik.

"Jadi itu sistemnya dari donasi uang. Mereka turut melestarikan penyu mulai dari penangkaran dari telur sampai menetas. Setiap penangkaran dilabeli nama pengadopsinya," jelas Syahrul.

Panorama Pulau Pahat kian menambah daya tarik. Wisatawan dapat menikmati matahari terbit dan terbenam dalam satu lokasi, sebuah pengalaman yang jarang ditemui di tempat lain.

Untuk menikmati paket wisata konservasi, tarif yang ditawarkan cukup variatif.

Untuk paket warga Anambas maksimal 15 orang per hari dibanderol Rp2,5 juta dengan sejumlah fasilitas.

Sedangkan untuk paket wisatawan asing maksimal 12 orang per hari plus fasilitas, dikenakan Rp899 ribu per orang.

"Nah paket wisata ini tentu disaat musim penyu naik ke darat. Biasa itu dari bulan Mei sampai Agustus," ucapnya.

Tak hanya penyu, KOMPAK juga melangkah lebih jauh dengan program rehabilitasi terumbu karang.

Diawal September 2025, mereka memasang 30 unit coral spider di perairan Pulau Pahat pada kedalaman 9–10 meter.

Satu unit terdiri atas 13 fragmen terumbu karang.

"Rehabilitasi terumbu karang ini karena di sana sudah banyak yang rusak. Kali ini masih belum luas, tetapi ke depan akan kami tingkatkan lagi," ujar Syahrul.

Temuan KOMPAK, laut di Pulau Pahat juga terdapat biota laut langka seperti ikan barakuda dan selar ekor kuning.

Dengan pemasangan rehabilitasi terumbu karang ini, juga menawarkan spot foto bawah laut yang menarik dan estetik.

Di sisi lain, saat ini pihaknya masih belum dapat optimal melakukan rehabilitasi terumbu karang karena keterbatasan peralatan scuba diving.

“Kami berharap ada bantuan alat selam dari pemerintah. Jika tersedia, bukan hanya di Pulau Pahat, kami bisa memperluas rehabilitasi ke pulau-pulau lain yang terumbu karangnya rusak,” pungkas Syahrul. (TribunBatam.id/Noven Simanjuntak)

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved