Tak Hanya Pakaian, Corak Batik Lingga Kini Ada di Aksesoris Tas, Tembus Pasar Eropa

Dekranasda Lingga, Provinsi Kepulauan Riau semakin mantap dalam menjaga dan mempromosikan warisan budaya wastra daerah.

Penulis: Febriyuanda | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Febriyuanda
BATIK LINGGA - Potret batik Lingga. Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, semakin mantap, dalam menjaga dan mempromosikan warisan budaya wastra daerah. 

TRIBUNBATAM.id, LINGGA - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Lingga, Provinsi Kepulauan Riau semakin mantap dalam menjaga dan mempromosikan warisan budaya wastra daerah.

Tak sekadar kain bermotif, batik Lingga kini menjelma sebagai simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Bunda Tanah Melayu.

Ketua Dekranasda Kabupaten Lingga, Feby Sarianty, mengatakan bahwa pihaknya terus berinovasi untuk memperluas daya tarik batik lokal.

Ia menyebutkan, tidak hanya dalam bentuk kain lembaran, batik Lingga kini diolah menjadi beragam produk turunan seperti tas, pakaian, hingga aksesori dengan corak khas daerah.

"Harapan kami, dengan kami menambah nilai makna sebuah kain batik Lingga, ini akan lebih diminati masyarakat dari Kabupaten Lingga sendiri maupun dari luar," ungkap Feby di Gerai Dekranasda Dabo Singkep, belum lama ini.

 

Corak batik Lingga Kepri di tas
BATIK LINGGA - Salah satu aksesoris tas yang tampak bercorak batik Lingga di Gerai Dekranasda Lingga Dabo Singkep, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.

 

Istri dari Wakil Bupati Lingga, Novrizal, ini menerangkan, bahwa saat ini Kabupaten Lingga sudah memiliki 21 motif batik yang resmi sudah terdaftar Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).

Setiap motif memiliki filosofi dan nilai budaya tersendiri, yang menggambarkan keindahan alam serta kearifan lokal masyarakat Lingga.

Beberapa motif yang populer antara lain Tampok Manggis, Bunga Karang, Itik Pulang Petang, Paku Gajah, Pucuk Rebung, hingga Tapak Leman.

“Ada yang terinspirasi dari flora-fauna, ada juga dari simbol adat dan kehidupan masyarakat pesisir. Semua itu merupakan corak ragam yang sudah ada dari dulu," tambah Feby.

Upaya pelestarian batik Lingga juga didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Lingga.

Melalui kebijakan daerah, masyarakat khususnya Aparatur Sipil Negara (ASN) diwajibkan mengenakan batik Lingga setiap hari Kamis. 

Sementara para pelajar mengenakannya setiap hari Rabu.

Langkah ini menjadi bentuk nyata dalam menumbuhkan kecintaan terhadap produk lokal sejak dini.

Produksi batik Lingga saat ini dilakukan di dua sentra utama, yakni Dabo Singkep dan Daik Lingga.

Selain dijual langsung di lokasi, Dekranasda juga memanfaatkan platform digital untuk memperluas jangkauan pemasaran.

Hal ini membuat batik Lingga kian mudah diakses, baik oleh masyarakat lokal maupun wisatawan dari luar daerah.

Motif-motif khas seperti Awan Berarak, Pucuk Rebung, dan Itik Pulang Petang kerap menjadi pilihan favorit para pembeli. 

Untuk meningkatkan popularitasnya, lanjut Feby, Dekranasda Lingga aktif menggelar berbagai kegiatan promosi seperti fashion show, pameran UMKM, hingga partisipasi dalam event tingkat provinsi dan nasional.

Upaya berkelanjutan ini membuahkan hasil positif.

Batik Lingga kini tak hanya dikenal di Kepulauan Riau, tetapi juga mulai menembus pasar luar negeri seperti Singapura, Malaysia, dan Swedia. (TribunBatam.id/Febriyuanda)

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved