Efek Korea Utara Terus Ujicoba Nuklir, Korsel Mulai Luncurkan Roket dan Rudal

Korea Selatan menggelar latihan peluru kendali seakan-akan sedang melancarkan serangan terhadap pangkalan nuklir Korea Utara.

KOMPAS.com/EPA
Korea Utara (Korut) mengumumkan bahwa mereka memiliki sistem rudal terbaru dan siap digunakan. 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM - Korea Selatan menggelar latihan peluru kendali seakan-akan sedang melancarkan serangan terhadap pangkalan nuklir Korea Utara.

Hal itu dilakukan sebagai tanggapan atas ujicoba nuklir Korut yang ke-enam, yang berlangsung sehari sebelumnya.

Latihan militer dengan amunisi sungguhan itu meliputi peluncuran roket dari pesawat-pesawat tempur, dan peluncuran rudal balistik dari pangkalan di darat.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS James Mattis mengungkapkan ancaman Korea Utara terhadap Amerika Serikat dan koalisinya akan berujung pada 'balasan militer besar-besaran.'

Pernyataan Mattis dikeluarkan setelah departemen pertahanan Amerika Serikat melaksanakan rapat dengan Presiden Donald Trump tentang uji coba nuklir terakhir yang dilakukan negara komunis itu.

Pyongyang mengklaim berhasil menguji coba bom hidrogen yang bisa dipasangkan ke rudal jarak jauh.

Aksi itu menuai kecaman dunia internasional. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sendiri telah menjatuhkan berbagai sanksi kepada Korea Utara.

Saat berbicara dengan wartawan di luar Gedung Putih, Menteri Pertahanan James Mattis menegaskan bahwa Amerika punya kemampuan untuk mempertahankan diri dan negara-negara koalisinya; Korea Selatan dan Jepang. Mattis menambahkan komitmen kerja sama dengan negara-negara tersebut 'sangat kuat.'

"Ancaman apapun terhadap Amerika Serikat dan teritorinya, termasuk Guam, atau koalisi-koalisi kami, akan berhadap-hadapan dengan belasan militer secara besar-besaran, respon yang tidak hanya efektif tetapi juga akan membuat kewalahan."

Meskipun demikian, dia terus mengharapkan Korea Utara menghentikan program nuklirnya, "karena kami tentu saja tidak mengharapkan pemunashan total sebuah negara bernama Korea Utara."

.
BBC
Berita TV Korea Utara tentang uji coba nuklir bom hidrogen disiarkan di Tokyo, Jepang.

Dewan Keamanan PBB, Senin (04/09) ini melaksanakan sidang darurat untuk mendiskusikan reaksi dunia internasional terhadap aksi Korea Utara.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump sendiri mengungkapkan Amerika Serikat kemungkinan akan menghentikan hubungan dagang dengan negara-negara yang menjalin kerja sama ekonomi dengan Korut.

Apa yang terjadi?
Minggu (03/09) terasa berbeda bagi orang-orang di kawasan Asia Timur ketika alat pendeteksi gempa mencatat guncangan dengan magnitudo 6,3 skala Richter.

Menteri luar negeri Jepang, Taro Kono mengungkapkan keyakinannya bahwa Korea Utara sedang melakukan uji coba nuklir keenamnya. Kono menyebut aksi itu "tidak dapat dimaafkan".

Hal ini diikuti pernyataan media pemerintah Korea Utara yang mengakui guncangan yang terjadi bukanlah gempa bumi. Sebagai catatan guncangan itu 9,8 kali lebih kuat dibandingkan 'gempa' yang diakibatkan uji coba nuklir kelima, beberapa waktu lalu.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved