Wapres Jusuf Kalla: Melayu dan Bugis Bagai Dwi Tunggal
JK menjelaskan, sejak dulu, Melayu dan Bugis sudah berpikir soal kebangsaan yang besar.
Penulis: Thom Limahekin |
TRIBUNBATAM.id, LINGGA - Wakil Presiden HM Jusuf Kalla menegaskan bahwa budaya dan tamadun Melayu yang tinggi memberi andil yang besar bagi bangsa ini. Walaupun penduduknya tidak besar, bahasa Melayu menjadi bahasa nasional.
“Melayu adalah pemersatu bangsa ini,” kata Jusuf Kalla dalam kunjungan kerjanya ke Daik Lingga, Ahad (19/11).
Kalla ke Daik Lingga sempena perhelatan memuliakan Tamadun Melatu Antarabangsa dan Syukuran Sultan Mahmud Riayat Syah sebagai pahlawan nasional.
Baca: Wapres Jusuf Kalla Dianugerahi Gelar Sri Perdana Mahkota Negara
Baca: Sultan Mahmud Riayat Syah: Siapakah Dia?
Baca: Setelah Resmi Ditahan. Setya Novanto Akan Tempati Ruangan Tahanan Seperti Ini di KPK
Dalam kunjungan itu, JK dianugerahi gelar Sri Perdana Mahkota Negara dari Lembaga Adat Melayu Kepri. Istri JK juga mendapat gelar Sri Puan Hj Mufiddah Jusuf Kalla.
Soal bahasa pemersatu ini, JK menegaskan tidak banyak negara bisa seperti ini.
Banyak negara yang memiliki dua dan lebih bahasa, karena menahan ego masing-masing.
Pada kesempatan itu, JK juga menyebutkan soal Sumpah Setia Melayu Bugis.
Menurut JK dia banyak belajar soal hal ini. Dia berpesan agar masyarakat memegang sumpah setia itu.
JK menjelaskan, hal itu menunjukkan bahwa sejak dulu, Melayu dan Bugis sudah berpikir soal kebangsaan yang besar. Bukan soal ego kelompok sendiri. Saat itu, ketika ada konflik dengan bangsa asing, Melayu-Bugis selalu bersatu.
Baca: Sultan Mahmud Riayat Syah: Strategi Gerilya Laut dalam Perang
JK yang memang berasal dari Bugis mengaku persebatian itu. Jika masuk ke Makassar melalui pelabuhan, maka daerah yang diinjak untuk pertama kali adalah Kampung Melayu, bukan Kampung Bugis.
Ini menunjukkan sudah lama orang Melayu ada di tanah Bugis. Mereka menemoatu banyak jabatan strategis seperti di kesyahbandaran.