Vladimir Putin Membalas! Usir Seratusan Diplomat Asing dari Moskow
Kremlin mengungkapkan akan membalas tit-for-tat dan mengusir dalam jumlah yang sama, termasuk menutup konsulat AS di St Petersburg.
TRIBUNBATAM.ID, MOSKOW - Hubungan antara Rusia dan sekutu Amerika Serikat dan Eropa semakin memanas.
Buntut pengusiran diplomatnya di 26 negara mayoritas Eropa, termasuk Amerika Serikat, Kanada dan Australia, dibalas dengan pengusiran lebih dari 100 diplomat asing dari Moskow dan seluruh Rusia.
Seperti dilansir Daily Star, Presiden Rusia Vladimir Putin melalui Kementerian Luar Negeri mengatakan, mereka tidak takut dengan ancaman dari negara manapun, termasuk Amerika Serikat.
Setidaknya 26 negara menendang lebih dari 130 diplomat Rusia, termasuk 60 diplomat Rusia yang berada di AS dan markas PBB di New York.
Kremlin mengungkapkan akan membalas tit-for-tat dan mengusir dalam jumlah yang sama, termasuk menutup konsulat AS di St Petersburg.
Baca: Pengusiran Diplomat Rusia di 17 Negara Berbuntut Perang Twitter. Anehnya, Trump Justru Bungkam
Baca: Mengapa Australia Ikuti Jejak Eropa dan AS yang Kompak Usir Puluhan Diplomat Rusia?
Baca: Austria Tolak Usir Diplomat Rusia
Pembalasan Moskow dilakukan terhadap sejumlah negara NATO dan Uni Eropa, menyusul tuduhan penyerangan terhadap agen ganda, Sergei Skripal.
Inggris memimpin dakwaan setelah Skripal dan putrinya Yulia, diracuni menggunakan racun saraf kelas militer Novichok di Salisbury, selatan Inggris.

Inggris yang memimpin tuduhan peyerangan itu menyebutkan "sangat mungkin" bahwa Rusia berada di belakang serangan terhadap mantan agen ganda MI6 yang dicap sebagai "pengkhianat" oleh Kremlin.
Putin terus membantah terlibat, bahkan menduga mata-mata Inggris melakukan kontra-intelijen dalam kasus tersebut.
Para pejabat Kremlin menantang pihak berwenang Inggris memberikan bukti bahwa serangan itu dilakukan oleh mata-mata Rusia.
Duta besar AS untuk Moskow, Jon Huntsman, juga telah dipanggil oleh kementerian luar negeri Rusia, sebelum menyuruhnya berkemas meninggalkan Moskow.
Ini adalah ketegangan baru antara Rusia dengan sekutu AS-Eropa setelah Perang Dingin antara Rusia dan Barat, 40 tahun lalu.