Semangat Anak Pulau untuk Mengenyam Pendidikan: Kami Setiap Hari Naik Pompong ke Sekolah

Di tepi pelabuhan, terlihat beberapa pelajar SMA yang turun meniti kayu untuk bisa sampai ke kapal.

TRIBUNBATAM.id/tyan
Pelajar yang biasa menggunakan kapal pompong untuk bisa sampai ke sekolah ini, diketahui berasal dari sejumlah desa yang tergabung di Kecamatan Siantan Timur, seperti Desa Munjan, ‎Serat dan Desa Air Putih. 

TRIBUNBATAM.id, ANAMBAS - Deru mesin kapal pompong terdengar memecah heningnya siang.

Di tepi pelabuhan, terlihat beberapa pelajar SMA yang turun meniti kayu untuk bisa sampai ke kapal.

Beberapa kapal pompong lain yang berukuran lebih kecil, justru sudah melaju dengan kecepatan penuh.

Berisi empat orang, tampak bagian depan kapal yang memecah lautan.

Yah, semangat anak-anak pulau untuk bisa mendapatkan pendidikan ini mungkin terlihat biasa bagi mereka.

Harus berjibaku dengan laut, nampaknya tak membuat mereka patah arang untuk bisa mengenyam pendidikan SMA di Desa Nyamuk Kecamatan Siantan Timur.

Pelajar yang biasa menggunakan kapal pompong untuk bisa sampai ke sekolah ini, diketahui berasal dari sejumlah desa yang tergabung di Kecamatan Siantan Timur, seperti Desa Munjan, ‎Serat dan Desa Air Putih.

"Kami biasa pakai kapal pompong untuk bisa sampai ke sekolah," ujar Nursusilawati salah seorang pelajar Minggu (30/9/2018).

Ia pun mengaku sudah terbiasa untuk menggunakan transportasi laut untuk bisa mengenyam pendidikan tingkat menengah atas.

Hal yang berbeda bagi warga bukan pulau yang terbiasa menggunakan kendaraan bermotor karena satu daratan.

Ia mengatakan, kendala cuaca kerap menjadi kendala meski hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu.

Kondisi ini, diketahui mulai terasa lebih baik. Sebelum ada pemekaran Kecamatan Siantan Timur, pelajar harus berangkat pagi-pagi untuk bisa sampai ke SMA yang ada di Pulau Siantan.

Sopiah salah seorang pelajar mengatakan, hal itu sempat dialami oleh kakak serta abangnya.

"Alhamdulillah kalau sekarang sudah lebih baik. Kalau mau ke sekolah, bisa pakai sepeda motor. Kalau zaman Abang kami, harus bangun pagi-pagi kalau mau ke sekolah. Sebab ‎sekolah masih ada di Tarempa," ungkapnya.

Indah Karyawati Kepala Sekolah SMAN 1 Siantan Timur mengatakan, terdapat toleransi bagi pelajar yang tidak masuk sekolah ketika musim-musim tertentu. Kebijakan sekolah dengan memberikan izin diberikan mengingat kondisi dan rentang geografis yang kepulauan.

"Kondisinya seperti itu. Selain kondisi geografis yang kepulauan, ketersediaan tenaga pengajar juga menjadi kendala bagi kami untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Sejak tahun 2012, hanya dua orang saja guru dengan status PNS di sini. Untuk menutupi kekurangan itu, kami dibantu dengan guru tidak tetap," ungkapnya.(tyn)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved