Remaja Berondong Teman-temannya di Kampus, 18 Tewas dan Puluhan Luka-luka
Selain menggunakan senapan, Roslyakov juga memasang bom paku buatan sendiri di kantin yang meledakkan jendela tetapi tidak membunuh siapapun
TRIBUNBATAM.id, KRIMEA - Aksi koboi di sebuah sekolah kembali terjadi, menewaskan 18 siswa dan puluhan lainnya luka-luka.
Peristiwa itu terjadi di sebuah sekolah teknik di Krimea, sebuah negara kecil pecahan Uni Soviet yang saat ini diduduki Rusia, Rabu (17/10/2018).
Seorang remaja berusia 18 tahun yang juga siswa di sekolah di wilayah Kerch tersebut menembak teman-temannya di kantin sekolah menggunakan senapan otomatis.
Setelah memberondong di kantin, remaja ini terus berjalan menyisir sekolah hingga naik ke lantai 2 bangunan sekolah, kemudian menembak siapa saja yang ditemukannya.
Remaja bernama Vladislav Roslyakov itu kemudian masuk ke ruang kuliahnya dan kembali melakukan penembakan, lalu bunuh diri di perpustakaan sekolah.
Baca: Maling Bodoh. Mobil Hasil Curiannya Hilang, Lapor Polisi. Ya, Terbongkarlah
Baca: PM Mahathir Gagas Lagi Jembatan Bengkok Johor-Singapura, Putra Sultan Johor Menyindir
Baca: Suami Palsukan Kematian Demi Klaim Asuransi, Istri Tak Tahu dan Bunuh Diri Bersama 2 Anaknya
Mrenurut pemberitaan media Rusia, seperti dilansir TRIBUNBATAM.id dari DailyMail, korban terbanyak adalah di ruang kuliah dengan korban tewas berjumlah 17 orang.
Remaja itu diduga memperoleh senjata dengan izin berburu.
Selain menggunakan senapan, Roslyakov juga memasang bom paku buatan sendiri di kantin yang meledakkan jendela tetapi tidak membunuh siapa pun, menurut laporan.
Sebuah rekaman amatir menunjukkan para siswa yang ketakutan berlari dan berteriak selama serangan di Kerch Polytechnic College tersebut.
Roslyakov diketahui siswa kelas empat di sekolah itu, kata Perdana Menteri Krimea.
Laporan media menyebutkan bahwa suasana saat itu sangat mencekam karena darah berserakan di dinding dan lantai sekolah.
"Dinding berlumuran darah, kami memanjat pagar untuk melarikan diri," kata seorang siswa.
Puluhan tentara langsung bergegas ke sekolah tersebut dan mencurigai serangan teroris, tetapi polisi Rusia kemudian menegaskan bahwa kasus itu pembunuhan massal.
Belum diketahui, apa motif Roslyakov melakukan hal itu.