BATAM TERKINI
Sering Diusir hingga Dikaramkan, Ternyata Ini Alasan Nelayan Nekat Mancing di Perbatasan Singapura
Perlakuan kurang baik Police Marine Guard Singapura juga sudah sering dihadapi oleh sejumlah nelayan yang memancing di sana.
Penulis: Alfandi Simamora |
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Memancing di daerah perbatasan antarnegara memang berpotensi memunculkan masalah karena harus berhadapan dengan aparat masing-masing negara.
Tak terkecuali di perairan perbatasan Batam-Singapura.
Walaupun sebenarnya, para nelayan mengaku sejak zaman nenek moyang para nelayan yang tinggal di Pulau lengkang, Belakangpadang sudah biasa memancing di area perbatasan.
Menurut mereka, sejumlah masalah juga kerap terjadi saat berhadapan dengan Polisi Singapura saat memancing di perairan Out Port Limited (OPL) antara perbatasan Batam dan Singapura.
Baca: Minta Singapura Bertanggungjawab, Perwakilan Nelayan Datangi Konsulat Singapura di MPP Batam
Baca: Segera Jalani Operasi, Nelayan Batam yang Ditabrak Kapal Polisi Patroli Singapura Masih Trauma
Baca: Kaki Patah, Speedboat Hancur & Nyaris Tenggelam, Nelayan Batam Ditabrak Polisi Singapura di Laut
Baca: Lewati Perbatasan, Boat Nelayan Batam di Kejar Marine Police Singapura dan Ditabrak
Jumat Bin Karim, Ketua RT Pulau lengkang yang menjenguk korban di RSOB menyampaikan, sejumlah nelayan memang sudah biasa memancing di perairan Out Port Limited (OPL) antara perbatasan Batam dan Singapura.
Perlakuan kurang baik Police Marine Guard Singapura juga sudah sering dihadapi oleh sejumlah nelayan yang memancing di sana.
Mulai di data, diusir dengan membuat ombak dari kapal Polisi Singapura sampai mengkaramkan kapal nelayan.
"Perbuatan police singapura yang tidak menyenangkan bagi nelayan sudah sering dihadapi para nelayanan, dan kami masih bisa sabar. Namun kejadian menabrak ini sudah keterlaluan, karena sudah menyangkut nyawa seseorang,"terangnya, Kamis (1/11/2018).
Dia juga menuturkan, sejumlah nelayan yang memancing di sana mulai pukul 07:00 WIB pagi sampai pukul 16:00 WIB.
Dengan jumlah nelayan sekitar 30 hingga 60 kapal, karena satu speedboat biasanya berisi satu orang nelayan.
"Ya kalau kasus dikaramkan kapal para nelayan terkadang kalau sehari itu sampai dua kali. Namun karena banyak nelayan di sana, masih bisa saling menolong jika speedboatnya karam," ungkapnya.
Alasan sejumlah nelayan memancing di perbatasan Batam dan Singapura karena disana tergolong masih banyak ikan yang bisa di pancing.
"Kalau di perbatasan itu memang ikannya masih banyak, dan sudah biasa memancing di sana. Maka dari itu, walaupun terkadang mendapat perlawanan dari Polisi Singapura para nelayan masih tetap ke sana," jelasnya.
Atas kejadian yang menimpa Dian Marzuki (28) nelayan yang ditabrak oleh patroli polisi air (Police Marine Guard) Singapura, Rabu (31/10/2018) sore, sejumlah nelayan menginginkan pemerintah ataupun aparat hukum bisa menangani kasus tersebut.
Karena kejadian dengan menabrak nelayan sudah keterlaluan dan menyangkut nyawa seseorang.
"Kami berharap pemerintah ataupun aparat hukum bisa menangani kasus tersebut,"jelasnya.(*)